Oleh : Alfred Jigibalom
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua makin mengganas, karena melakukan serentetan tindak kejahatan yang sampai mengancam nyawa orang lain. Kekejian KST membuatnya identik dengan ISIS karena tega memperlakukan para musuhnya dengan buruk.
KST adalah personel penjaga di bawah perintah OPM (organisasi Papua Merdeka). Mereka bertugas untuk mensukseskan cita-cita OPM, demi kejayaan Papua Barat. Keinginan gila mereka untuk memerdekakan Papua berubah menjadi ambisi berbisa, sehingga KST berubah seperti monster yang mengerikan dan mengerahkan segala cara agar Republik Federal Papua Barat berdiri dan lepas dari Indonesia.
KST telah banyak menyengsarakan rakyat dan melakukan beberapa kali penyerangan selama Desember 2022. Mereka telah membunuh 3 tukang ojek di kawasan Pegunungan Bintang. KST juga melakukan pembunuhan terhadap 1 warga Suku Koroway di daerah Yahukimo.
Kekejaman KST membuat mereka identik dengan ISIS karena melakukan pembunuhan dengan sadis dan memamerkan kepalanya. Dengan kejinya, mereka juga merekam aksi tersebut lalu menyebarkan video amatir tersebut di media sosial. Kekejaman ini mirip sekali dengan yang dilakukan oleh ISIS di Suriah dan Irak.
Brigjen Jo Sembiring, Danrem 172 Praja Wira Yhakti, menyatakan bahwa korban pembunuhan yang dilakukan oleh KST merupakan warga pendatang. Ia berprofesi sebagai pendulang emas ilegal. Namun dituduh sebagai aparat yang menyamar sebagai warga sipil, dan dibunuh dengan kejam oleh KST.
Kekejaman KST sudah semakin ekstrim karena mereka tak sekadar membunuh, tetapi sampai memenggal kepala korban. Aksi yang mirip dengan ISIS membuat masyarakat makin antipati. Warga Papua heran dengan KST yang bertindak seperti orang yang tidak beradab dan dengan kejamnya melakukan pemenggalan seperti ISIS.
Masyarakat Papua makin miris dan benci terhadap KST karena mereka tega membunuh warga pendatang. Tindakan mereka mencoreng nama warga di Bumi Cendrawasih. Jangan sampai orang Papua dianggap rasis dan mengutamakan isu SARA. Padahal KST hanya segelintir warga yang memberontak dan tidak merepresentasikan masyarakat di Bumi Cendrawasih.
Tak heran julukan kelompok teroris sangat tepat bagi KST karena aksi mereka mengarah ke terorisme dan radikalisme, seperti ISIS. Di mana serangan KST dilakukan secara ekstrim dan menggunakan senjata tajam. Mereka juga melakukan pembunuhan serta teror yang berpotensi menimbulkan korban luka dari pihak warga sipil.
Sementara itu, Wakil Ketua Satgas Humas Operasi Damai Cartenz AKBP Arif Irawan menyatakan bahwa pihaknya tengah menjadikan atensi terhadap rangkaian serangan KST pada Desember 2022. Terlebih, mereka nekat menyerang di Kepulauan Yapen yang sebelumnya tidak pernah ada penembakan sama sekali. Saat ini Satgas Damai Cartenz menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, mulai dari lingkungan terkecil.
Dalam artian, serangan brutal KST sangat menyengsarakan rakyat Papua. Masyarakat mengecam serangan KST karena mereka nekat sekali menembaki warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek. Ia dituduh menjadi mata-mata aparat padahal statusnya adalah rakyat biasa.
Tuduhan mata-mata selalu jadi alasan KST untuk menyerang warga sipil. Mereka juga pernah menembak tukang ojek karena dicurigai intel polisi. Namun tuduhan-tuduhan ini tak bisa dibuktikan karena pihak kepolisian menyangkalnya. Mereka menembak orang lain sembarangan, padahal statusnya sama-sama orang Papua, hanya karena kecurigaan akan adanya mata-mata di sekitarnya.
Oleh karena itu KST memang harus diberantas karena tidak mendapatkan simpati sama sekali oleh masyarakat. Mereka tidak mau diajak untuk membelot karena setia dan cinta kepada NKRI. Bagaimana bisa mendapat simpati kalau pekerjaannya menyerang dan membunuh dan yang jadi korban adalah sesama rakyat Papua.
Terlebih, KST juga menembak mati seorang pegawai bank bernama Darius Yamame di Distrik Sinak, Kabupaten Puncak. Keluarga korban menuntut denda adat sebesar Rp1.000.000.000 ke Pemerintah Kabupaten Puncak.
Masyarakat makin geram karena di bulan Desember, KST berkali-kali melakukan penembakan terhadap rakyat sipil. Tanggal 1 Desember OPM (Organisasi Papua Merdeka) berulang tahun dan mereka merayakannya dengan penyerangan. Sungguh suatu cara memperingati hari kelahiran yang sangat gila, karena KST tidak pandang bulu dalam melakukan penembakan.
Oleh karena itu masyarakat Papua setuju jika KST terus diburu oleh Tim Damai Cartenz. Mereka sudah tidak bisa lagi didekati dengan cara kemanusiaan, karena menyerang dengan membabi-buta. KST harus dimusnahkan dari Papua. Jika tidak maka keselamatan rakyat adalah taruhannya.
KST tidak usah marah jika diidentikkan dengan ISIS karena melakukan tindakan yang sama: serangan dengan brutal dan memenggal kepala orang yang dianggap sebagai musuh. Bahkan peristiwa berdarah tersebut direkam dan video amatirnya sengaja disebarkan di media sosial. KST harus diberantas agar tidak mencemarkan nama baik warga di Bumi Cendrawasih dan mengamankan rakyat Papua.
Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute