Oleh : Alula Khairunisa
Generasi muda harus memiliki serangkaian bentuk resiliensi atau ketahanan akan bahayanya ajaran radikalisme. Jangan sampai ajaran-ajaran tersebut bisa tersebar luas karena mereka merupakan sasaran dan target empuk untuk didoktrin.
Radikalisme memang sesuatu yang sangat berbahaya, pasalnya sangat berpotensi untuk menciptakan ketidakstabilan dan juga mengganggu rasa kesatuan serta persatuan hingga kedamaian yang terjadi di suatu negara pun akan ikut terancam. Bagaimana tidak, radikalisme sendiri sangat identik dengan yang namanya fanatisme berlebihan, yakni ketika sekelompok orang menganggap bahwa ajaran yang dianut merupakan hal paling benar serta memandang kelompok lain menjadi otomatis salah dan sesat.
Ketika seseorang atau suatu kelompok telah terdoktrin dengan paham radikal, maka dirinya akan menjadi mudah sekali menyalahkan orang lain ketika orang lain tidak memiliki kesepahaman dengan dirinya, termasuk juga tidak akan pernah menghiraukan jika terjadi perbedaan pendapat.
Biasanya radikalisme ini bermula ketika terdapat suatu penafsiran yang berbeda mengenai suatu paham atau juga kitab suci. Namun perbedaan tersebut dipegang dengan sangat teguh dan orang yang sudah menganut radikalisme akan mempertahankannya dengan penuh fanatisme yang buta. Padahal tidak bisa dipungkiri bahwa hidup berdampingan dengan orang lain pasti akan dijumpai banyak perbedaan di dalamnya.
Bermula dari memiliki pemikiran paling benar sendiri, sontak nantinya radikalisme ini juga akan bermuara pada hal-hal lain seperti separatisme hingga terorisme, yakni ketika suatu kelompok menilai ada kelompok lain yang sesat sehingga sangat penting untuk dirubah bahkan dengan segala cara, termasuk tidak akan menghiraukan nilai-nilai kemanusiaan.
Masalah lain yang terjadi adalah banyak kelompok radikal yang akan terus berusaha untuk menjaga eksistensi mereka dengan melakukan regenerasi, sehingga mereka akan terus mencari dan merekrut anggota baru. Perekrutan tersebut tidak jarang akan banyak menyasar ke generasi muda dan juga memanfaatkan kemajuan teknologi digital yang sekarang sangat marak digunakan pemuda.
Memang generasi muda tersebut menjadi sangat rawan untuk disusupi ajaran-ajaran radikal dari kelompok-kelompok tersebut karena emosi mereka yang belum matang dan juga kecenderungan mereka tatkala masih muda, yakni dalam proses pencarian jati diri. Maka seolah kelompok radikal akan datang kepada mereka dan menawarkan suatu pandangan yang didambakan.
Untuk bisa menciptakan ketahanan atau resiliensi terhadap ajaran kelompok radikal, para generasi muda harus benar-benar sadar dan mulai berbenah. Mengenai hal tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah melakukan penandatanganan nota kesepakatan bersama dengan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) agar penanggulangan gerakan terorisme dan juga radikalisme bisa menjadi jauh lebih maksimal di Indonesia, khususnya terhadap para generasi muda.
Kepala BNPT RI, Komjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan bahwa bentuk kerja sama tersebut akan bisa menjadi salah satu upaya pendidikan kepada seluruh generasi muda demi mengatasi ancaman dan juga bahaya terkait pergerakan para kelompok radikal dan teroris untuk terus menyebarluaskan ajaran mereka di tengah masyarakat.
Bagaimanapun, menurutnya mengatasi akan jauh lebih baik, daripada nantinya ajaran-ajaran kelompok radikal sudah terlanjur tersebar di masyarakat. Maka sebelum semuanya terjadi, memang harus segera dibentuk upaya resiliensi yang sangat kuat agar tertanam dalam mindset para pemuda. Terlebih, dengan koordinasi yang dilakukan tersebut agar mampu untuk lebih meningkatkan sosialisasi mengenai nilai luhur bangsa dan juga lebih membangun kecintaan atas NKRI.
Komjen Pol Boy juga menegaskan bahwa KNPI sendiri merupakan elemen bangsa bagi para pemuda yang penting, karena mereka diharapkan mampu untuk menjadi pemimpin terdepan di sektor pembangunan semangat dan juga kecintaan NKRI pada para pemuda. Lebih lanjut, dirinya juga berharap supaya KNPI bisa lebih pro-aktif untuk mengajak seluruh pemuda di Tanah Air dalam menghadapi ancaman dan potensi adanya gerakan intoleransi, radikalisme hingga terorisme karena sama sekali tidak sesuai dengan jati diri Bangsa ini.
Sementara itu, Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama mengatakan lewat kerja sama ini diharapkan dapat bersama-sama menangkal intoleransi, radikalisme dan terorisme sehingga Indonesia termasuk generasi muda mampu terbebas dari paham yang melenceng. Dirinya berharap agar tercipta suatu sinergitas yang sangat baik dan dibangun secara bersama-sama dalam rangka lebih menguatkan lagi resiliensi atas paham radikal.
Dalam kesempatan lain, Presiden RI, Joko Widodo sempat memberikan peringatan secara tegas akan adanya ancaman dan juga bahaya dari radikalisme, terutama di lingkungan institusi pendidikan. Menurutnya, seluruh pimpinan kampus harus benar-benar bisa aktif melakukan pengawasan kepada segala macam aktivitas yang terjadi di kampus dengan tujuan untuk mencegah paham-paham berbahaya tersebut tetap eksis.
Karena generasi muda merupakan target atau sasaran yang sangat empuk di mata para propagandis kelompok radikal, maka sudah sepatutnya para pemuda tersebut mampu untuk menciptakan bentuk resiliensi atau ketahanan diri untuk bisa menangkal bahayanya ajaran radikal apabila sampai tersebar luas. Mereka harus menanamkan nilai-nilai luhur bangsa dan juga kecintaan akan NKRI harus bersemayam dalam dada.
Penulis adalah Kontributor Ruang Baca Nusantara