Oleh: Edwin Effendi
Pengembangan industri hilir Sumber Daya Alam (SDA) saat ini menjadi salah satu fokus pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Saat ini Indonesia sedang melakukan berbagai upaya untuk menata tatanan ekonomi agar dapat bertahan di tengah ancaman resesi tahun 2023 mendatang sehingga momentum investasi hilirisasi SDA diyakini mampu menarik investor dan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.
Hilirisasi merupakan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang kita miliki. Dengan adanya hilirisasi, ke depannya komoditas kita yang diekspor bukan lagi berupa bahan baku melainkan barang jadi.
Selain meningkatkan nilai jual komoditas, adapun tujuan dari hilirisasi ini yaitu untuk memperkuat struktur industri, menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan, serta meningkatkan peluang usaha di dalam negeri dengan memfasilitasi para pelaku usaha dan mengetahui apa yang diperlukan oleh investor.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menghadiri Indonesia Investment Forum (IIF) 2022 yang diselenggarakan di London, Inggris pada 27 Oktober 2022 waktu setempat. Penyelenggaraan IIF 2022 ini merupakan kolaborasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, Indonesia Investment Promotion Center (IIPC), dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) London yang didukung oleh Asia House di London. Forum ini dihadiri oleh 200 pelaku usaha asal Eropa dan Bahlil Lahadalia berkesempatan untuk memberikan pidato terkait perkembangan iklim investasi di Indonesia. Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada Januari hingga September 2022 sebesar Rp479,3 Triliun atau meningkat 44,5%.
Bahlil Lahadalia meyakinkan bahwa saat ini Indonesia memiliki potensi dan ketahanan ekonomi nasional yang cukup baik jika dibandingkan dengan anggota negara G20 lainnya. Tingkat inflasi Indonesia pun masih di kisaran 5% per-September 2022. Sedikit negara di dunia yang memiliki postur potensi investasi dan ketahanan ekonomi nasional yang kuat seperti Indonesia. Hal ini menjadi nilai positif bagi Indonesia untuk berkolaborasi dan meningkatkan investor asing masuk ke Indonesia.
Menteri Investasi Inggris, Lord Dominic Johnson menyambut baik peluang kerjasama investasi antara pemerintah Indonesia dengan Inggris. Hal tersebut dikarenakan investasi ini diyakini berpotensi mendorong masuknya investasi dua arah antar negara dan mendukung jaminan ketersediaan sumber daya mineral yang penting bagi kedua negara. Johnson menambahkan bahwa investasi di sektor perdagangan ini dapat membuat Inggris belajar bagaimana memanfaatkan Sumber Daya Mineral yang dimiliki oleh Indonesia serta Inggris pun dapat berkontribusi dari aspek Sumber Daya Manusia dan teknologinya.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya, Desra Percaya mengungkapkan apresiasinya atas dukungan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia dalam kegiatan IIF 2022 di London. Melalui forum ini, Desra Percaya berharap semoga Indonesia dapat memanfaatkan sebanyak mungkin peluang investasi.
Tidak hanya Inggris, HDF Energy juga turut menyambut baik peluang kerjasama investasi dengan Indonesia. HDF Energy berencana akan berinvestasi terkait pengembangan 20 proyek energi terbarukan dengan total investasi sebesar US$1,5 Miliar. Deputi CEO of HDF Energy, Jean-Noel de Charentenay tertarik berinvestasi di Indonesia karena dapat menjamin stabilitas suplai listrik di seluruh pelosok Indonesia. Menurut laporan BKPM, HDF Energy telah mengupayakan pengembangan proyek energi terbarukan pertama di Indonesia dengan target kawasan timur Indonesia.
Rencananya, proyek tersebut akan dikembangkan secara bertahap dimulai dari Sumba, NTT yang selanjutnya akan diperluas ke daerah timur Indonesia lainnya.
Perlu diketahui, HDF Energy merupakan sebuah perusahaan pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi hijau seperti angin dan matahari yang didukung oleh teknologi baterai untuk menyimpan energi sumber hijau tersebut.
Selanjutnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan optimis daya tarik investasi di Indonesia tetap tinggi di masa pemulihan pasca Pandemi Covid19. Luhut menambahkan sektor pertambangan juga memiliki kontribusi yang cukup tinggi pada realisasi investasi nasional. Besarnya nilai tambah hilirisasi manufaktur mampu menopang investasi industri pertambangan.
Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku industri manufaktur nasional maupun global. Hal ini tercermin dari realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur yang mencapai Rp365,2 Triliun sepanjang Januari hingga September 2022. Capaian tersebut meningkat 54% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2021 sebesar Rp236,8 Triliun.
Merujuk data Kementerian Investasi atau BKPM, pada Januari hingga September 2022, sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,9% terhadap total investasi yang mencapai Rp892,4 Triliun. Secara kumulatif, investasi di Indonesia tumbuh 35,3%, dan selama 9 (sembilan) bulan terakhir telah berhasil mencapai 74,4% dari target Rp1.200 Triliun pada tahun 2022.
Untuk memudahkan investasi hilirisasi SDA, pemerintah fokus pada efisiensi waktu dan biaya yang diperlukan dalam pengurusan perizinan, transparansi, dan kecepatan. Untuk daerah di luar Pulau Jawa, pemerintah memberikan insentif dan layanan lain untuk mendorong pembangunan nasional yang merata. Pengembagan industri hilir ini diharapkan dapat terus meningkatkan stabilitas perekonomian nasional di tengah kondisi pasar komoditas yang fluktuatif.
Penulis merupakan Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi Pertiwi Institut