Oleh : Junika Karmila
Menjelang Natal, suasana penuh kegembiraan seharusnya meliputi hati setiap individu. Namun, di tengah kebahagiaan tersebut, kita tidak bisa mengabaikan ancaman yang mungkin muncul, yaitu radikalisme dan terorisme. Tentunya hal tersebut membangun kesadaran kita bersama sehingga mulai memahami secara mendalam dampak negatif yang diakibatkan oleh dua fenomena itu. Sehingga kita dapat menjaga keamanan dan kedamaian baik itu menjelang maupun saat perayaan Natal hingga Tahun Baru 2024 mendatang.
Jika didefinisikan, radikalisme adalah suatu pandangan atau tindakan yang menuntut perubahan drastis dalam masyarakat atau pemerintahan. Seseorang dapat menjadi radikal dalam berbagai bidang, seperti politik, agama, atau ideologi. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk radikalisme bersifat negatif. Beberapa gerakan sosial yang bersifat radikal mungkin bertujuan untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat.
Sayangnya, radikalisme juga dapat menjadi pintu gerbang terorisme. Ketika pandangan radikal dipertemukan dengan keinginan untuk menyebarluaskan keyakinan dengan cara kekerasan, ini dapat mengarah pada tindakan terorisme. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami perbedaan antara radikalisme yang sah dan yang berpotensi membahayakan keamanan.
Penting untuk membangun kerjasama antara komunitas dan pemerintah dalam upaya mencegah radikalisme dan terorisme. Program-program pencegahan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, pemuka agama, dan pemimpin lokal dapat memperkuat ikatan sosial dan mengurangi potensi rekrutmen oleh kelompok-kelompok radikal.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris mengatakan harus ada tindakan yang ditempuh sebagai upaya preventif dan deteksi dini aksi teror yang mungkin mengganggu perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Ia menambahkan bahwa langkah yang harus dilakukan, tentu dengan membangun komunikasi interaktif dan produktif dengan seluruh stakeholder terkait. Kita juga saling menjaga serta mewaspadai adanya letupan aksi atau sel teror yang tidur dan cenderung memanfaatkan konflik yang terjadi di negara lain.
Perayaan Natal dan tahun baru adalah ajang sukacita bagi masyarakat Indonesia. Namun, dari tahun ke tahun selalu saja ada yang mewarnai momentum pergantian tahun dengan propaganda negatif.
Untuk itu, kata Irfan, masyarakat perlu memiliki kewaspadaan dini supaya kebersamaan anak bangsa tidak terusik oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun. Menurut ia, dunia perlu belajar dari berbagai tragedi kemanusiaan di wilayah Timur Tengah, khususnya antara Palestina dan Israel, juga aksi-aksi teror yang dilakukan kelompok teroris.
Oleh karena itu, kebersamaan yang telah terjalin di Indonesia melalui dialog antarkelompok masyarakat dan proses mitigasi lainnya perlu dipelihara dengan baik. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, tambah Irfan, konstruksi berpikir dan pola komunikasi pada tatanan akar rumput selayaknya dapat mengangkat topik bahasan yang mampu merekatkan kebersamaan satu sama lain.
Perlu juga meningkatkan penerapan inklusivitas, baik di sektor formal seperti kementerian dan lembaga hingga di lingkar pergaulan anak muda yang notabene akan menjadi penentu masa depan bangsa.
Pendidikan memainkan peran kunci dalam pencegahan radikalisme. Kurikulum yang mendukung pemahaman lintas budaya, dialog antaragama, dan toleransi dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga terbuka terhadap perbedaan. Membangun kesadaran sejak dini dapat membentengi masyarakat dari pengaruh radikal yang berpotensi merugikan.
Dengan penguatan empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 menjadi hal yang vital dalam memupuk wawasan kebangsaan serta rasa cinta tanah air anak bangsa.
Hal tersebut telah dilakukan oleh pejabat pemerintah daerah Kabupaten Keerom dan pejabat Polres Keerom dalam kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila yang diikuti oleh para perwakilan pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) yang ada di Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
Kapolres Keerom AKBP Christian Aer, S.H., S.I.K., melalui Kasat Intelkam Polres Keerom Iptu Samuel Yunus menerangkan bahwa dalam kegiatan tersebut dirinya mewakili Kapolres Keerom untuk menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut. Kegiatan Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi Generasi Muda dengan tema menangkal penyebaran paham radikalisme di Kabupaten Keerom.
Lanjut Kasat Intelkam bahwa, kegiatan tersebut Pacasila sebagai ideologi Negara adalah Harga Mati, tapi sebagai ideologi yang terbuka maka Pancasila harus terus kita tetap pertahankan agar dalam merespons dinamika perubahan yang terjadi.
Menurutnya, pemahaman-pemahaman yang keliru itu yang menjadi sasaran adalah seumuran adik-adik ini, jadi perlu kewaspadaan kita bersama sehingga momen-momen seperti ini (dialog kebangsaan) sangatlah penting.
Jelang Natal, penting bagi kita untuk tidak hanya merayakan kebahagiaan, tetapi juga menjaga keamanan dan kedamaian. Memahami radikalisme dan terorisme adalah langkah awal untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pencegahan. Dengan pendidikan, kesadaran, dan kerjasama antar komunitas, kita dapat bersama-sama melawan ancaman tersebut, menjaga kedamaian dan kebahagiaan dalam perayaan Natal kita.
Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik