Oleh : Sabby Kosay
Kerusuhan di Wamena terjadi tanggal 24 Februari 2024 dan menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat. Masyarakat pun diharapkan agar dapat menahan diri serta berhati-hati karena Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua terus memprovokasi rakyat Papua untuk menyalahkan Aparat Keamanan dalam kerusuhan tersebut.
KST melakukan berbagai cara agar memecah-belah masyarakat supaya mereka tak lagi memiliki rasa nasionalisme, lalu berbalik pro ke Republik Federal Papua Barat. Selain melakukan cara kekerasan (dengan penyerangan ke warga sipil dan aparat keamanan), KST juga menyebar hoaks dan propaganda. Tujuannya untuk memprovokasi masyarakat Papua dan membuat mereka tidak suka dengan pemerintah Indonesia.
Salah satu provokasi KST yang baru saja terjadi adalah ketika ketika ada hoaks yang beredar tentang penculikan anak, ketika ada mobil kelontong yang lewat. Peristiwa ini berakhir ricuh karena sekelompok oknum membakar kios dan warga ketakutan. Dalam peristiwa tragis ini ada 10 korban jiwa dan 14 warga luka-luka, sedangkan dari aparat ada 14 korban luka.
Gara-gara provokasi KST maka rakyat Wamena menderita. Bagaimana tidak, selain mengalami kerugian secara materi karena kios dan rumahnya terbakar, masyarakat juga mengalami luka-luka. Bahkan ada yang harus kehilangan anggota keluarganya karena menjadi korban jiwa dalam kerusuhan ini.
KST memprovokasi bahwa mobil kelontong yang lewat berisi kawanan penculik yang akan mengambil paksa anak-anak SD di Wamena dan sekitarnya. Ketika mobil diserbu masyarakat dan ada personel dari Polres Wamena yang mengamankan, anggota KST semakin memprovokasi warga untuk melakukan kerusuhan. Hasilnya makin banyak korban luka-luka dan korban jiwa.
Provokasi KST sangat merugikan karena masyarakat kehilangan propertinya dan belum ditotal berapa rupiah kerugian yang harus ditanggung oleh mereka. Selain itu jika ada yang luka-luka juga rugi karena tidak bisa bekerja selama beberapa hari, dan ketika statusnya adalah buruh harian maka tidak akan mendapatkan upah. Sedangkan keluarga yang ditinggalkan untuk selamanya karena ayahnya jadi korban jiwa juga rugi karena kehilangan pencari nafkah.
Oleh karena itu masyarakat Papua, khususnya yang berada di Wamena, diminta untuk tenang dan tidak terpengaruh oleh provokasi KST.
Tokoh pemuda Papua Absalom Yerisitou menyatakan bahwa masyarakat Wamena dihimbau untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang ada. Dalam artian, ketika ada kerusuhan maka yang wajib diwaspadai adalah potensi untuk kerusuhan berulang yang terjadi karena provokasi oknum. Dalam hal ini adalah KST yang melakukannya, agar masyarakat Papua membenci aparat dan meninggalkan Indonesia.
Para tokoh pemuda ingin agar kondisi Wamena dan seluruh daerah di Papua aman dan tentram dan caranya adalah dengan mengabaikan provokasi KST. Mereka adalah kelompok pemberontak yang menginginkan agar rakyat di Bumi Cendrawasih ikut membelot. Oleh karena itu masyarakat disulut emosinya agar tidak mematuhi aparat, walaupun ia sedang menjalankan tugasnya menjaga ketertiban.
KST sengaja memprovokasi masyarakat agar melanggar peraturan dan menggunakan isu penculikan anak. Akal licik mereka sayangnya berhasil menghasut masyarakat untuk nekat dan main hakim sendiri.
Ketika ada anggota Polres Wamena yang mengamankan pengemudi mobil kelontong yang dituduh sebagai penculik maka masyarakat panik lalu ingin menganiayanya.
Padahal ini salah karena tidak sesuai prosedur. Indonesia adalah negara hukum dan ketika ada yang dituduh harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah di depan hakim.
Namun, masyarakat terlanjur main hakim sendiri sehingga terjadi kerusuhan dan membawa banyak korban. Semua ini akibat hasutan KST. Oleh karena itu warga Papua diminta tenang dan tidak terpengaruh oleh hoaks dan propaganda yang sengaja dibuat oleh kelompok pemberontak tersebut.
Sementara itu, Herman Doga, Ketua Lembaga Adat Masyarakat Jayawijaya, menyatakan bahwa masyarakat Wamena dihimbau untuk tetap tenang. Bersama-sama masyarakat diharap untuk menjaga kota Wamena agar aman dan nyaman.
Saat ini situasi Wamena dan sekitarnya sudah kondusif dan bekas kerusuhan sudah dibersihkan. Namun aparat keamanan tetap berjaga dan dibantu oleh PROPAM. Tujuannya agar tidak terjadi kerusuhan berulang, sekaligus menjaga dari serangan KST.
Masyarakat Wamena diminta untuk tidak men-share video atau berita apapun mengenai kerusuhan beberapa hari lalu, karena takut ternyata hanya hoaks dan propaganda yang dibuat oleh KST. Mereka sengaja melakukannya untuk memecah-belah warga Papua dan membuat rakyat membenci pemerintahnya.
Wamena sempat memanas karena ada kerusuhan yang disebabkan oleh hoaks dan provokasi. Pelaku utama alias penyebar provokasi tersebut adalah KST, yang sengaja melakukannya agar masyarakat antipati terhadap pemerintah pusat dan aparat keamanan. Warga Wamena dan seluruh Papua diharap untuk tidak terpengaruh hoaks, propaganda, dan provokasi, dan jangan asal share foto karena bisa jadi itu palsu. Masyarakat pun berharap agar situasi di Wamena kembali kondusif dan roda perekonomian rakyat kembali berjalan.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta