Oleh: Masya Alatas
Mendekati Pemilu, kecenderungan akan terjadi peningkatan aktivitas radikalisme di berbagai tingkatan. Salah satu alasan utama mengapa radikalisme bermunculan adalah karena momen ini dianggap sangat penting bagi mereka. Seperti halnya momen Pemilu 2024 kali ini, kelompok radikal akan mengambil kesempatan untuk meningkatkan eksistensi di hadapan publik. Mereka ingin menjadi pusat perhatian dan ingin agar semua orang mengetahui keberadaan mereka.
Selain itu, ada juga kebencian yang meningkat terhadap pemerintah yang dapat memicu munculnya radikalisme jelang Pemilu. Beberapa individu atau kelompok merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintah atau merasa tidak diwakili dengan baik. Ketidakpuasan ini dapat menciptakan rasa frustrasi yang mendalam, yang kemudian mendorong mereka untuk mengambil langkah ekstrem dalam mencoba mengubah situasi dengan cara yang tidak sehat dan merugikan.
Seluruh pihak harus tetap waspada agar tidak menjadi korban dari upaya radikalisme jelang Pemilu 2024. Adanya radikalisme dapat mengancam keamanan dan stabilitas negara serta merusak harmoni sosial. Oleh karena itu, pertegas kesadaran kita terhadap situasi ini dan ambil langkah-langkah tepat untuk melindungi diri kita sendiri.
Mengadakan atau mengikuti seminar kebangsaan menjadi salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan untuk lebih memahami tentang bahaya radikalisme dan cara mendeteksinya sebelum berkembang terlalu jauh, apalagi berdampak bagi kita pribadi. Seperti yang dilakukan oleh Universitas Surabaya (Ubaya) baru-baru ini, dengan mengadakan seminar kebangsaan untuk para mahasiswa di Jawa Timur dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan terhadap radikalisme, terorisme, dan konflik sosial pada momen Pemilu 2024.
Sebanyak 165 mahasiswa dari 12 perguruan tinggi di Jawa Timur memanfaatkan seminar ini sebagai wadah penyerapan wawasan kebangsaan yang kuat bagi generasi muda. Acara tersebut diselenggarakan di Hotel Swiss-Belinn Airport, Surabaya, pada 7 Desember 2023, dan melibatkan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur (Bakesbangpol Jatim) serta Komando Daerah Militer V Brawijaya (Kodam V/Brawijaya).
Seminar dihadiri oleh dua narasumber utama, yaitu Rektor Ubaya, Benny Lianto, dan Pangdam V/Brawijaya, Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, M.A. Turut serta dalam diskusi ini adalah Wakil Rektor III Ubaya Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Christina Avanti.
Christina Avanti menjelaskan kegiatan ini dirancang untuk membangun kemampuan mahasiswa dalam menempatkan diri secara positif dalam lingkungan yang beragam dan dinamis. Dalam konteks tersebut, mahasiswa diharapkan dapat memiliki wawasan kebangsaan yang solid dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Ubaya, Benny Lianto, menyampaikan empat dosa besar yang perlu dihindari dalam dunia pendidikan, yaitu intoleransi, perundungan, kekerasan seksual, dan radikalisme. Untuk mengatasi tantangan ini, Benny menekankan pentingnya literasi dalam berbagai aspek, termasuk literasi data, teknologi, dan literasi manusia.
Benny juga menyoroti implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Bela Negara, yang menurutnya perlu bekerja sama dengan aparat seperti Kodam Brawijaya agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh mahasiswa.
Sementara itu, Pangdam V/Brawijaya, Mayor Jenderal TNI Farid Makruf, mengingatkan bahwa Indonesia tidak pernah kalah melawan penjajah dari luar negeri. Namun, ia menekankan bahwa ancaman terbesar datang dari intrik dan konflik internal. Oleh karena itu, ia mendorong generasi muda untuk memahami dan menerapkan ideologi pemersatu bangsa, yaitu Pancasila.
Dalam konteks keamanan nasional, Farid Makruf memberikan peringatan khusus kepada generasi muda terkait potensi pengaruh kelompok radikalisme. Mahasiswa, yang sering kali dianggap sebagai kelompok sasaran, perlu menjaga kewaspadaan dan berhati-hati terhadap paham-paham yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Ia berharap agar Jawa Timur dapat terbebas dari ancaman konflik dan radikalisme.
Melalui seminar ini, mahasiswa Jawa Timur tidak hanya mendapatkan pengetahuan tambahan tentang pencegahan radikalisme dan konflik sosial, tetapi juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan bangsa.
Selain meningkatkan pemahaman tentang wawasan kebangsaan, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dengan pihak yang terlibat dalam Pemilu. Diskusi yang terbuka dan beradab dapat membantu mengurangi kesalahpahaman dan memperkuat kebersamaan di tengah perbedaan pandangan politik. Kita harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip demokrasi dan toleransi, menghormati pendapat orang lain, dan menghindari konflik yang tidak perlu.
Mahasiswa juga diharapkan menjadi promotor untuk masyarakat luas dengan bijaksana dalam menggunakan media sosial. Ajak masyarakat untuk tidak boleh mudah percaya pada informasi yang tidak terverifikasi dan tidak boleh sembarangan menyebarkan komentar atau konten yang dapat memicu ketegangan sosial. Menggunakan media sosial harus dengan tanggung jawab dan jika memungkinkan bisa berkontribusi positif dengan memposting konten literasi seputar Pemilu damai tanpa ada kebencian.
Dalam menghadapi radikalisme jelang Pemilu 2024, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat adalah kunci utama. Mari kita tetap tenang dan tidak terbawa emosi, serta memastikan bahwa Pemilu berjalan dengan damai, aman, dan adil. Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat membendung ancaman radikalisme dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi serta persatuan bangsa.
Penulis adalah Mahasiswa FH Universitas Surabaya