Laporan: RR Izka Rawi
Binjai-Intipnews.com: : Usai lepas dari kawasan Sumatera Utara, tim MUI Kota Binjai mulai menikmati perjalan panjang menuju kota Padang, Sumatera Barat. Bus pariwisata yang pergunakan mensesuaikan tempo perjalanan agar tidak terlalu capek(letih). Sehingga waktu-waktu sholat dimanfaatkan istirahat.Begitupun tiba di Padang tengah malam dan menujui hotel Putra Mahkota Syariah.
Hotel ini sudah lebih dahulu di cek oleh tim kecil MUI Binjai yaitu H.Zulkarnain Asry, H.Ahmad Fauzi dan H. Ahmad Khairul Badri. Namun di hotel Putra Mahkota Padang hanya satu malam, sebab pagi harinya,Kamis( 1/9/2022) diintruksikan semua rombongan membawa koper. Usai pertemuan dengan MUI Prov.Sumatera Barat dan MUI Padang,dijadwalkan rombongan “tembak” ke kota Bukittinggi.
Di Padang , pengurus DP MUI Binjai diterima Ketua MUI Prov. Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar Dt Panglimo Basa(1/9) di gedung MUI Sumatera Barat. Pertemuan silaturahmi di MUI Sumatera Barat banyak memberikan khazanah,terutama tentang konsep perjuangan MUI Sumatera Barat yang lugas,tegas dan cerdas, sehingga selalu kritis yang acap menjadi barometer pengurus MUI lainnya di Indonesia.
Buya Gusrizal yang mempunyai konsep kembali ke surau, secara tegas mengemukakan MUI harus mampu mandiri danmem posisi kan MUI dengan pemerintah sejajar. Sehingga peran ulama dan umara tidak timpang. MUI Prov. Sumatera Barat sangat dikenal kritis.” Kita memberikan ketegasan sesuai ajaran agama, Hal itu perlu dijaga.
Bahkan Buya Guzrizal dalam bukunya Sepenggal Kata sekelebat rasa menulis berbagai ragam, baik masalah pemimpin dan kebijakan. Ada satu tulisan yang acap dilontarkan. Sudah tentu tulisan Buya Yaitu” Kritiklah Saya dengan Sopan” seperti yang digaungkan pemimpin .Dan baru-baru ini pada aksi unjuk rasa di Jakarta akibat kenaikan BBM, kembali didengar. Kalimat yang indah dan rasanya sulit untuk ditolak oleh siapapun. Hanya saja ada kata bermakna bagaikan karet dalam kalimat itu ,yaitu kata” sopan”.
Menurutnya, pengertian bisa diperlebar dan dipersempit oleh pembicara sesuai dengan kehendaknya. Seolah-olah dia ( yang berucap) ukuran kesopanan tersebut. Tidak sedikit para pemimpin yang bersembunyi diri dengan berbalik menyerang pengkritik dengan cap” kurang sopan”. Ada lagi trik dipakai penguasa untuk menolak nasehat bahkan menyingkirkan mereka yang menasehatinya yaitu dengan meminta fatwa kepada “ ulama pemoles kebijakan penguasa”.tentang adab bernasehat.Fatwanya terdengar sangat bijak, katanya, adalah tidak beradab menasehati penguasa secara terbuka,karena bisa menjadi fitnah, oleh sebab itu sampaikan secara diam-diam,jangan menasehati lewat media,
Terkadang kita menghayal,kapan para penguasa bertanya kepada mufti pribadinya suatu pertanyaan redaksinya kira-kira begini.Kenapa orang bernasehat itu tidak menyampaikan langsung kepada saya.Penuturan Buya Guzrizal cukup menohok. Jika kita mau berandai-andai, tulisan itu punya makna mendalam dan selalu kita temui dalam era globalisasi kepimpinan saat ini. Hal itu kadangkla bisa melahirkan kontadiksi dan bisa membuat retak diantara ulama dengan umara.
Ketua MUI Prov.Sumatera Barat juga menjelaskan tentang pedoman Adaik Basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah.Mastarakat minang yang dikenal sebagai perantau dan populasinya cukup dominan di beberapa daerah,termasuk Prov.Sumatera Utara dan khususnya kota Binjai.
,Kalimat sering kita dengar dan merupakan pedoman bagi masyarakat minang, kebetulan di kota Binjai, etnis Minang cukup besar. Dan istilah ini harus diartikan secara tepat. Dijelaskan oleh Buya,Secara umum Adaik Basandi Syara’, Syara’ Besandi Kitabullah difahami sebagai falsafah hidup masyarakat minangkabau yang menyepakati bahwa semua prilaku kehidupan sehari-hari,baik secara individu maupun kelompok harus berlandaskan pada syariat islam yang bersumber dari kitab suci Al Quran dan Hadis Rasulullah SAW.
Pandangan lain menilai bahwa falsafah Adaik Basandi syara’ dan syara’ besandi kitabullah sesungguhnya adalah kristalisasi dari ajarah hukum alam berupa sunatullah. Adat adalah kebiasaan yang berpola dan membudaya,sementara syara’ adalah ketentuan pola perilaku kehidupan yang datang dari atas, Allah SWT.Ini mengandung makna bahwa adat minangkabau berkembang dan dikembangkan berdasarkan hasil interaksi masyarakay minangkabau dengan alam, sehingga sering pepatah petitih dan fatwa ada minangkabau menggunakan analogi alam.
Alam takambang jadi guru.Dengan demikian adat Minangkabau pada dasarnya bersifat universal, berlaku untuk semua golongan dan semua zaman. Melihat pedoman pengalaman Adaik Basandi Sya’ dan Syara’ Basandi Kitabullah wajar dipedomani agar kehidupan bermasyarakat, termasuk masyarakat Minang yang berada di perantauan.
Dialog motto ini cukup serius dan panjang, sebabbanyak juga istilah lainnya yang kadangkala disalah artikan,bahkan dipelesetkan.Makna Adaik Basandi syara’ dan Syarak basandi kitabullah. Adaik Bapaneh Syarak Balinduang. Syarak Mengato, Adaik Mamakai. Propinsi Sumatera Barat banyak melahirkan tokoh agama. Sehingga diperlukan pengkaderan.
Ketua MUI Binjai DR.HM Jamil,MA menjelaskan program MUI kota Binjai tentang PTKU yang sudah dimulai sejak 2015 dan kini sudah memasuki gelombang ketiga. Sistim pengkaderan ulama MUI Binjai selama tiga tahun dilakukan secara gratis sebagai upaya melahirkan kader ulama muda untuk masa depan sebagai pengganti ulama yang terus berkurang.
Kalau MUI Binjai memprogram kader ulama dengan persyaratan lulusan SLTA dan harus bisa baca al quran dan mengerti hadist serta sanatnya. Di MUI Prov. Sumatera Barat pengkaderan juga ada,tetapi direkrut dari sarjana. Pengkaderan hanya batas waktu tertentu. Begitupun Ketua MUI Prov.Sumatera Barat Buya Gus Gusrizal Gazanar lebih terfokus kepada dakwah dan mempunyai konsep”kembali ke
surau”.