Masjid Raya Sumatera Barat Tanpa Kubah
Laporan RR Izka Rawi
Binjai-Intipnews: Sungguh banyak objek wisata di ibu kota Sumatera Barat,-Padang. Rombongan MUI Kota Binjai yang melakukan perjalanan religi di Sumatera Utara, khusunya di Padang hanya berkesempatan berkunjung ke dua rumah ibadah yang punya ciri khas dan terindah. Masjid Al Hakim yang berada di pesisir samudra dan dibangun olehwaqaf seseorang yang bekerja sama dengan Pemkot Padang guna merelokasi pedagang dan beberapa mastarakat.
Kemudian ada sebuah masjid yang elok dibangun tanpa kubah. Kalau kita di Sumatera Utara, setiap masjid diyakini pasti mempergunakan kubah. Masjid Raya Sumatera Utara kami tempuh juga masih susana rintik-rintik di kota Padang, Masjid Raya Sumatera Barat punya ciri khas sendiri dapat menarik perhatian dunia salah satunya karena desain masjid yang identik dengan tipologi atau bagonjong khas rumah masyarakat Minangkabau.
Masjid Raya tersebut tidak memiliki kubah seperti masjid pada umumnya. Atap masjid berbentuk atap rumah adat Minang, berbentuk gonjong. Selain itu, desain masjid juga mengusung konsep peletakkan Hajar Aswad dengan membentangkan kain dan juga dihiasi oleh ukiran khas Minangkabau serta kaligrafi di dinding masjid.
Perpaduan pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat dapat dipadukan dengan modernitas sehingga menjadi ciri khas tersendiri di mata dunia. Masjid Raya tersebut dibangun di lahan seluas 40.000 meter persegi dan menjadikannya masjid terbesar di Sumatera Barat. Luas bangunan utama kurang dari setengah luas lahan, yaitu sekitar 18.000 meter persegi, sehingga terdapat halaman yang luas.
Tidak hanya unik dan indah, masjid ini juga dirancang tahan gempa hingga 10 Skala Richter (SR) dan memiliki shelter lokasi evakuasi apabila terjadi tsunami. Masjid Raya Sumatera Barat sendiri mampu menampung sekitar 20.000 jamaah.
Masjid Raya Sumatera Barat di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menurut informasi, pernah memenangkan penghargaan Abdullatif Al Fozan Award atau AFAMA beberapa waktu lalu. Penghargaan ini merupakan ajang untuk menampilkan karya dan desain masjid dari negara-negara dengan penduduk Muslim di dunia
Peletakan batu pertama masjid tersebut dilakukan pada 21 Desember 2007 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Gamawan Fauzi, Pengerjaannya sendiri dilakukan dalam beberapa tahap yang terkendala karena hanya mengandalkan dana APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, Sumbar. ) .
Masjid Raya Sumatera Barat memasukkan unsur budaya khas Minang, ditunjukkan dari atap dan corak ukiran Minangkabau di dinding-dindingnya. Desain atap dan dinding yang terbuka disebut mampu membawa angin masuk ke dalam masjid. Saat ini, Masjid Raya Sumatera Barat menjadi salah satu ikon wisata religi terkenal di wilayah Padang dan sekitarnya. Luasnya areal yang ditumbuhi pepohonan membuat suasana sejuk. Sesejuk hati kita untuk memakmurakan masjid yang megah,indah dan mewah.Mimbar khatib juga punya keunikan. Tampak nuansa minangkabau dengan lapisan warna mencolok. Tetapi ambalnya sangat empuk.
Sayapun berimajinasi, apakah kotaku bisa membuat masjid seperti ini. Sebagai kota yang ingin maju, berbudaya dan religi, saya yakin punya kemampuan. Hanya ciri khasnya harus di musyawarahkan. Kalau masjid raya Sumatera Barat tidak memakai kubah. Kemungkinam di Binjai atau daerah Sumatera Utara lainnya bisa membangun masjid yang punya ciri khas.
Kota Binjai yang memprogram Quran Centre kita harapkan menjadi ikon kota Binjai sebagai kotaku,kotamu dan kita semua. Sebab ketika membangun masjid Agung yang ada sekarang awalnya tertatih tatih juga. Dibangun sejak kepimpinan Wali Kota Mulai Sebayang dan dituntas oleh Wali Kota Drs.Syarifuddin. Masjid Agung juga punya ciri khas dengan tidak memakai tiang tengah. Hanya kini memerlukan renovasi,terutama dibagian kubah, dan kita bisa mencotoh yang baik untuk masa depan rumah Allah.
Kembali kita ke Masjid Raya Sumatera Barat,kalau kita ke sana harus kuat untuk berjalan agar dapat menikmati suasana keliling . Usai berkeliling. Jika letik( capek), Anda jangan pulang dulu. Keluarlah ke arena masjid Raya Sumatera Barat, Anda akan melihat barisan kereta pedagang diluar pagar masjid atau dipinggir jalan . Akan terlihat barisan penjual makanan ciri khas minang. Yaitu lamang jo tapai, ada lamang dan tapai pulut hitam.
Hal itu juga bisa dijadikan pelajaran,bagaimana pemerintah daerah memanfaatkan makanan khas daerah atau pedagang kecil untuk berdagang di depan masjid Raya Padang yang merupakan masjid yang dijadikan sebagai wisata religi. Mereka berjual sama, tanpa ada keirian dan bersaing secara rasa dan harganya juga sama. Begitulah persaingan sehat dan yakinlah rezeki datang dari Allah.