Oleh : Clara Diah Wulandari
Badan Intelijen Negara menolong para pengungsi gempa Cianjur dengan mengirimkan tim kemanusiaan, lengkap dengan 2 truk berisi logistik, serta mobil ambulans. Selain itu, BIN juga mengadakan trauma healing bagi para penyintas gempa, terutama anak-anak. Mereka akan menghilangkan traumanya meski perlahan-lahan, dan tak lagi ketakutan ketika ada gempa susulan.
Gempa Cianjur menyisakan duka-lara, ketika lebih dari 300 orang kehilangan nyawa. Masyarakat yang masih selamat terpaksa mengungsi di tenda. Mereka senang karena mendapatkan bantuan tenda dari Tim Kemanusiaan BIN. Tidak hanya menyediakan tenda, BIN juga memberikan bantuan makanan siap santap dan uang tunai.
Tim Kemanusiaan BIN juga mengadakan kegiatan trauma healing bagi para penyintas gempa. Acara ini bekerja sama dengan YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa) dan Mojang-Jajaka Cianjur. Kegiatan trauma healing diharap bisa menghilangkan rasa trauma kepada para pengungsi gempa, terutama anak-anak.
Puluhan anak korban gempa Cianjur mengikuti kegiatan trauma healing di posko bantuan BIN, di Jalan Lintas Labuan-Cianjur. Mereka tertawa lepas usai mendengar dongeng dari para personel BIN. Selain sesi dongeng, ada juga berbagai permainan untuk menghilangkan rasa takut, cemas, dan trauma dari anak-anak korban gempa Cianjur.
Dewi, salah satu perwakilan Mojang, menyatakan bahwa metode bermain dalam trauma healing sangat bagus. Penyebabnya karena anak-anak bisa melepaskan traumanya setelah bermain. Jangan dianggap ‘hanya’ main-main karena sebenarnya malah baik untuk memperbaiki mental mereka.
Dengan bermain maka ada beberapa keuntungan. Pertama, anak-anak akan menghilangkan traumanya karena dalam kondisi rileks. Kedua, mereka meningkatkan keakraban ke sesama penyintas gempa dan mampu bekerja sama. Kerja sama amat baik karena dalam kondisi mengungsi, para penyintas gempa harus kompak.
Oleh karena itu para penyintas gempa sangat mengapresiasi langkah BIN yang mengadakan kegiatan trauma healing. Bisa jadi ada anak yang yang merasa sangat tertekan setelah gempa karena tak bisa bermain di rumahnya, karena hancur setelah terkena gempa. Mereka bisa rileks dan tak lagi trauma walau hartanya hilang akibat gempa.
Kemudian, ada anak-anak yang statusnya yatim, bahkan yatim piatu. Mereka bisa trauma berat karena sedih berkepanjangan setelah orang tuanya meninggal dunia. Namun setelah mengikuti kegiatan trauma healing, mereka bisa ikhlas dan menerima kenyataan pahit ini.
Sementara itu, juru Bicara BIN Prabawa Ajie menyatakan bahwa selain dongeng dan permainan, juga ada ajakan membaca kepada anak-anak korban gempa Cianjur. Para peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari MC akan mendapatkan hadiah istimewa berupa buku cerita.
Anak-anak juga diajak melipat kertas (origami) untuk melatih motorik halus.
Kegiatan melipat kertas sangat bagus untuk mencegah munculnya gangguan kecemasan, yang bisa datang setelah trauma berat. Oleh karena itu masyarakat mengapresiasi BIN yang menggandeng pihak kompeten (YPAC) yang memang sudah akrab dengan anak-anak dan tahu cara mengatasi mereka yang trauma dan stress.
Bisa jadi ada orang tua yang tidak stress tetapi kebingungan bagaimana cara mengatasi anak-anaknya yang masih trauma pasca gempa. Dengan kegiatan trauma healing maka anak-anak bisa sembuh dari stress dan trauma. Orang tuanya senang karena mereka ceria kembali walau masih berada di pengungsian.
BIN juga pernah mengadakan acara serupa (trauma healing) dan bekerja sama dengan mapala (mahasiswa pecinta alam) di Jakarta dan Jawa Barat. Namun kali ini YPAC dipilih karena sasarannya adalah anak-anak, yang merupakan spesialisasi dari yayasan tersebut. Sementara Mojang-Jajaka Cianjur juga digandeng karena mereka wajib aktif dalam acara kemanusiaan, terlebih di daerahnya sendiri.
Masyarakat sangat mengapresiasi BIN karena mengadakan kegiatan trauma healing. BIN sangat menyadari bahwa para penyintas gempa tidak hanya butuh bantuan berupa makanan dan obat-obatan. Namun juga layanan kesehatan mental. Setelah ada trauma healing maka para penyintas gempa akan sehat mentalnya dan tak lagi kebingungan atau stress berat.
Jika tidak ada trauma healing maka berbahaya karena penyakit mental itu ada, tetapi tak kelihatan wujudnya. Masyarakat di pengungsian fokus dalam pemberian bantuan fisik dan bisa jadi ada yang lupa akan pentingnya kesehatan mental.
Saat ada penyintas gempa yang stress berat maka ia bisa depresi dan jika tidak ditangani dengan baik, maka ia bisa jadi orang gila. Jangan sampai hal buruk ini terjadi karena akan membuat keluarganya makin menderita. Oleh karena itu, BIN menyadari bahwa kesehatan mental juga diutamakan selain kesehatan fisik, lalu membuat kegiatan trauma healing.
Layanan trauma healing yang diberikan oleh BIN dan YPAC sangat diapresiasi oleh masyarakat Cianjur. Mereka bisa melepaskan stress dan traumanya walau mengalami goncangan mental yang hebat, pasca gempa di daerahnya. Dengan trauma healing maka warga bisa tersenyum kembali. Anak-anak penyintas gempa juga bergembira setelah mengikuti kegiatan trauma healing.
Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara