Oleh: Andi Kurniawan
Para petinggi G20 mendukung penuh seluruh semangat kolektif untuk bisa memulihkan dunia secara bersama-sama. Sekuat apapun suatu negara, tidak akan mungkin bisa bertahan sendirian di tengah serba ketidakpastian global seperti sekarang ini. Maka memang sangat penting kehadiran dan bantuan dari negara lain.
Telah diselenggarakan pertemuan antar menteri keuangan dan bank sentral G20 yang dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2022. Pada pertemuan keempat itu, para pebisnis dari negara anggota G20 telah bersepakat pada beberapa poin penting yang masih berkaitan dengan ekonomi global, peran Rusia dan Ukraina, ancaman krisis pangan, stabilitas harga, pajak dan juga mendorong dukungan untuk UMKM.
Pada diskusi ekonomi global dan perjanjian konkret antar negara anggota G20 yang diselenggarakan dalam pertemuan para menteri keuangan dan bank sentral tersebut, mereka menyepakati kalau dunia saat ini memang sedang terjadi pelambatan pemulihan ekonomi global. Hal tersebut terjadi karena beberapa risiko telah bermunculan.
Salah satu risiko yang paling disorot adalah mengenai adanya konflik antara Rusia dan Ukraina. Para anggota dalam pertemuan itu bahkan mencegah agresi ilegal yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina karena dampaknya langsung bisa dirasakan oleh dunia dengan terganggunya pemulihan ekonomi global.
Beberapa diantara anggota G20 menangkap, penyebab dari perlambatan pemulihan ekonomi tersebut dikarenakan sanksi terhadap Rusia sehingga sangat mengganggu stabilitas stok pangan. Bukan hanya itu, namun sebagian besar anggota forum setuju bahwa masih adanya tekanan pada harga pupuk, pangan, dan energi yang memperparah inflasi yang ada tekanan, dan berkontribusi pada peningkatan risiko kerawanan pangan dan energi.
Ternyata, dampak dari perubahan iklim pun turut memperparah perlambatan pemulihan ekonomi. Maka dari itu, solusi yang disarankan adalah agar adanya penindaklanjutan tantangan struktural jangka panjang mengenai perubahan iklim, termasuk juga bisa dimulai dengan memberhentikan investasi ke bahan bakar fosil dan selanjutnya diganti dengan menyerukan transisi yang seimbang dan adil mengenai kebijakan menanggapi perubahan iklim.
Bukan hanya mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi global, namun ada lagi tantangan yang sangat penting untuk bisa dibahas secara bersama-sama dan segera dicarikan solusinya. Hal tersebut adalah mengenai kerawanan pangan dan energi, utamanya dari kelompok negara yang rentan.
Maka dari itu para anggota G20 langsung berusaha untuk melakukan berbagai langkah yang terarah dan bahkan telah diterapkan dalam rangka mendukung negara rentan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mendukung penuh program yang dicetuskan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), yakni Food Shock Window, yang mana merupakan instrumen pinjaman darurat untuk penanganan kerawanan pangan.
Sesuai dengan slogan yang diusung oleh G20 di Bali, yakni ‘Recover Together, Recover Stronger’. Tentu seluruh negara anggota G20 juga akan terus mendukung ambisi kolektif untuk melakukan pemulihan secara bersama-sama dan juga kuat secara bersama pula. Pertemuan yang mempertemukan para menteri keuangan dengan gubernur bank sentral tersebut juga membuat mereka lebih menegaskan komitmennya mengenai kebijakan agar mampu terkalibrasi dengan sangat baik dan terencana. Salah satu caranya adalah dengan terus meningkatkan komunikasi demi bisa mendukung adanya pemulihan berkelanjutan serta mempertimbangkan bagaimana keadaan khusus negara.
Para anggota G20 bahkan menegaskan bahwa mereka akan berusaha tetap tanggap dan juga lebih fleksibel terkait merespon semua kebijakan fiskal. Penyesuaian diri dengan seluruh perubahan keadaan juga sangatlah dibutuhkan. Sejauh ini, tindakan sementara yang sudah dilakukan adalah dengan membantu mempertahankan daya beli kelompok paling rentan serta berupaya meredam dampak kenaikan harga komoditas, yang mana didalamnya adalah energi dan harga pangan. Seluruhnya memang wajib untuk dirancang dengan baik agar bisa segera meredam perlambatan laju inflasi.
Tindakan secara kolektif serta terkoordinasi tersebut memang terus menjadi prioritas dari seluruh negara anggota G20. Termasuk juga dalam upaya mengendalikan pandemi COVID-19 agar ke depan juga semua negara bisa lebih siap tatkala menghadapi pandemi lainnya. Bahkan anggota G20 telah membentuk tim khusus yang bertugas untuk melakukan pencegahan pandemi. Komitmen dari negara anggota G20 juga supaya bisa meningkatkan kapasitas negara berkembang dengan program ‘pandemic prevention, preparedness and response’.
Komitmen untuk mendukung negara rentan agar bisa mengalami kebangkitan dan pulih secara bersama-sama menjadi lebih kuat bahkan juga diimbangi dengan adanya penyaluran sejumlah dana sebesar 81,6 miliar US Dollar secara sukarela atau secara kontributif. Bukan hanya itu, semua negara juga kembali menyerukan bahwa mereka akan menyalurkan sumbangan sukarela global dengan nilai 100 miliar US Dollar untuk negara-negara yang membutuhkan.
Seluruh ambisi secara kolektif dan bersama-sama itu terus didorong dan didukung oleh semua petinggi G20 karena mereka sendiri juga meyakini bahwa tidak mungkin ada negara yang mampu bangkit dan melawan segala guncangan serta ketidakpastian global ini sendirian. Sangat penting adanya bantuan dari negara lain jika memang dengan serius ingin melakukan pemulihan dalam konteks apapun.
Penulis adalah kontributor Persada Institute