Oleh : Ones Yikwa
Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto menegaskan akan mengutamakan pendekatan Smart Power dalam menanggulangi serangan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Papua. Pendekatan Smart Power dianggap efektif dalam meredam konflik yang ditimbulkan KST karena mengutamakan diplomasi dan budaya di Papua.
Diketahui, pendekatan Smart Power dilakukan dengan menggabungkan kekuatan militer dan ekonomi dengan kekuatan budaya, diplomasi, dan norma yang ada di Papua untuk mempengaruhi masyarakat Papua agar menjaga kedamaian dan mencegah munculnya konflik. Sementara, Hard power menjadi jalan terakhir untuk menangani konflik di Papua, hal ini menjadi solusi lantaran serangan KST Papua semakin brutal.
Pendekatan Smart Power merupakan kombinasi antara Hard Power, Soft Power, dan diplomasi untuk penanganan masalah keamanan di Tanah Papua. Sehingga, konflik dapat secara efektif ditanggulangi dan diharapkan selesai hingga akar masalah.
Penanganan konflik di Papua memang perlu evaluasi dimana semakin gencar operasi keamanan maka ekskalasi kekerasan di Papua juga akan meningkat. Pasalnya, serangan KST semakin brutal yang korbannya adalah warga sipil. Masyarakat merasa terus dibayangi rasa cemas dan takut akan adanya serangan brutal KST yang tidak akan pernah berakhir.
Untuk mendukung langkah tersebut, Agus menjelaskan perlunya peningkatan fasilitas maupun komponen alutsista TNI yang sudah ada. Pihaknya menyebut akan berupaya agar TNI memiliki standarisasi unit siber dan drone yang setara dengan negara lain. Sehingga diharapkan di masa depan, penanganan konflik di Papua dapat dilakukan secara efektif mengingat ancaman dari Kelompok Separatis Papua (KST) sangat berbahaya.
Serangan dan tindak kekerasan dari kelompok kriminal bersenjata di Papua sendiri terus memakan korban dari pihak TNI. Terbaru, dua prajurit TNI dari Satgas Yonif 411/Pandawa dilaporkan gugur setelah diserang KST di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Keduanya diduga diserang oleh KST Kodap III Ndugama pada Kamis, 30 November 2023. Kepala Penerangan (Kapen) Kostrad, Kolonel Inf. Hendhi Yustian membenarkan adanya kontak tembak antara Personil Satgas Yonif 411/Pandawa dengan KST Papua.
Merespon ancaman tersebut, Satgas Damai Cartenz 2023 bersama Polda Papua akan memperketat pengamanan di sembilan daerah Operasi yang dianggap sebagai titik tindak kejahatan dari KST. Kepala Satuan Tugas(Kasatgas) Humas Damai Cartenz 2023, AKBP Bayu Suseno mengatakan aparat keamanan perlu terus melakukan giat deteksi dan cegah dini dengan melakukan patroli secara intensif di sembilan daerah operasi damai Cartenz.
Aparat keamanan secara khusus harus menjadikan sejumlah konflik dan krisis yang terjadi di sejumlah belahan dunia lain sebagai pelajaran penting untuk menangani permasalahan di Papua. Contoh pengembangan teknologi adalah pemanfaatan teknologi perang dengan satuan siber juga drone. Panglima TNI mengaku telah memiliki rencana untuk membentuk dan menguatkan kedua model satuan tersebut.
KST sering kali terlibat dalam kegiatan subversif, termasuk aksi penculikan dan pembunuhan yang dapat merugikan stabilitas sosial dan keamanan masyarakat. Oleh karena itu, tugas aparat keamanan tidak hanya sebatas penanganan kriminal biasa, tetapi juga melibatkan upaya pencegahan, deteksi dini, dan penanggulangan aksi teroris.
Tindak tegas dan strategi kuat aparat keamanan diharapkan sebagai efek jera bagi KST yang sangat menghambat kesejahteraan di wilayah Papua. Masyarakat diharapkan tetap tenang dan terus membangun, karena pemerintah hanya menindak KST bersenjata, sementara rakyat sipil sudah pasti dilindungi.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal, aparat keamanan perlu terus meningkatkan kapasitas dan keterampilannya. Pelatihan yang terarah dan up to date mengenai taktik dan teknologi keamanan menjadi kunci dalam menanggapi ancaman yang terus berkembang. Kolaborasi dengan lembaga-lembaga keamanan internasional dan nasional juga membantu meningkatkan pemahaman dan koordinasi antaraparat keamanan. Selain melibatkan aparat keamanan secara langsung, penting juga untuk melibatkan masyarakat setempat. Program penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya yang disebabkan dari aktivitas KST, sekaligus membantu masyarakat dalam melaporkan aktivitas yang mencurigakan. Keterlibatan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga keamanan bersama.
Dalam menghadapi ancaman dari KST Papua, aparat keamanan memiliki peran sentral dalam melindungi masyarakat dan menjaga stabilitas daerah. Pengabdian tim gabungan TNI-Polri di Papua selama ini telah mencerminkan komitmen mereka untuk melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat di tengah kondisi yang sulit.
Meskipun menghadapi ancaman dari KST, aparat keamanan tidak hanya fokus pada aspek keamanan, tetapi juga secara aktif terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat setempat. Keberagaman inisiatif ini menunjukkan bahwa tim gabungan TNI-Polri tidak hanya berperan sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai mitra pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Papua. Dengan pendekatan Smart Power yang digaungkan oleh Panglima TNI, diharapkan Papua dapat mencapai keamanan yang hakiki.
Penulis Merupakan Mahasiswa Papua tinggal di Makassar