Oleh : Timotius Gobay
Upaya penindakan yang dilakukan oleh para aparat keamanan yang terdiri dari personel gabungan TNI dan Polri dalam menangani KST Papua peneror Pesawat Susi Air tetap dilakukan dengan sangat tegas, namun juga menjaga pendekatan yang humanis.
Tindak terorisme menjadi salah satu tindak kejahatan luar biasa dalam tatanan hukum di Indonesia, karena memang dalam tindakan tersebut jelas sekali berpotensi untuk melanggar hak asasi manusia (HAM) secara berat, karena biasanya tidak hanya berkaitan dengan satu orang korban saja, melainkan korban yang ditimbulkan bisa beberapa orang warga sipil yang tidak bersalah.
Belakangan ini terus saja terjadi tindakan teror yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Mereka diketahui telah melakukan penyerangan pada Pesawat Susi Air PK-BVY yang juga sekaligus mengancam nyawa seluruh awak pesawat bertempat di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegubungan.
Diketahui bahwa pada tanggal 7 Februari 2023 lalu, Pesawat Pilatus Porter P-4 tersebut terbang dari Timika menuju ke Paro. Kemudian, usai mendarat pada pukul 06:15 Waktu Indonesia bagian Timur (WIT), ternyata pesawat Susi Air itu mengalami serangan dari KST Papua.
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua tersebut juga melakukan penyanderaan terhadap pilot berkebangsaan Selandia Baru yang memiliki nama lengkap Philips Max Marthin. Berdasarkan informasi yang beredar, ternyata penyerangan pesawat Susi Air itu dilakukan oleh KST yang berderah di bawah komando Egianus Kogoya.
Terkait hal tersebut, Kepala Penerbangan Kodam VXII/Cenderawasih, Kolonel Kavaleri Herman Taryaman menyatakan bahwa petugas bahkan juga sempat mendapati bahwa pesawat Susi Air itu hangus dilalap api di Bandara Paro. Bahkan GPS yang berada di dalam pesawat telah dibawa lari menuju ke hutan.
Kolonel Kavaleri Herman Taryaman memastikan bahwa para aparat keamanan yang terdiri dari personel gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menegaskan bahwa pihaknya terus berusaha untuk mencari keberadaan pilot dan juga para penumpang pesawat.
Sementara itu, dengan upaya yang tengah dilakukan oleh para aparat keamanan dalam melakukan evakuasi dan penyelamatan seluruh awak pesawat, TNI Angkatan Darat (AD) mengirimkan pasukan secara langsung untuk menuju ke Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Bukan hanya bertujuan untuk melakukan evakuasi dan penyelamatan saja, namun pasukan tersebut juga memiliki tugas untuk mengejar Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua.
Kasad Dudung Abdurachman kemudian berharap supaya pasukan TNI AD yang akan diberangkatkan ke Distrik Paro itu bisa melaksanakan tugas mereka dengan sebaik mungkin serta terus berupaya untuk menjaga masyarakat yang ada di Bumi Cenderawasih dari segala macam bentuk ancaman atau intimidasi yang mungkin saja terus dilakukan oleh KST Papua.
Lebih lanjut, dirinya juga menuturkan bahwa seluruh pasukan akan melakukan pendekatan secara persuasif dalam rangka operasi penyelamatan dan evakuasi pilot Susi Air termasuk uga dalam rangka melakukan pengejaran pada KST Papua yang dipimpin oleh Egianus Kogoya itu.
Dudung Abdurachman juga menambahkan bahwa pihaknya, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan terus mengedepankan sisi humanis namun di sisi lain juga tetap terus tegas untuk benar-benar bisa menindak dan mengejar Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Papua.
Ada 2 (dua) buah target yang harus dijalankan oleh para pasukan khusus yang dikirimkan ke Distrik Paro. Tugas pertama adalah untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi pada pilot Pesawat Susi Air yang bernama Philips Marthen, kemudian tugas kedua adalah untuk mengehar Egianus Kogoya dan para anggotanya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan bahwa pihaknya sedang berfokus dan juga membuat serangkaian langkah terbaik untuk bisa mencari hingga menyelamatkan Pilot Susi Air. Bahkan Polri terus menggandeng beberapa stakeholder lain seperti Pemerintah Daerah (Pemda) hingga para tokoh masyarakat di Nduga untuk turut terlibat dalam melakukan pencarian.
Meski diakuinya bahwa terdapat hambatan berupa minimnya akses telekomunikasi di sana, termasuk juga akses untuk masuknya para pasukan ke lokasi dikatakan sangat sulit, namun Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo menegaskan bahwa sama sekali tidak ada alasan untuk berhenti melakukan pencarian dan penyelamatan.
Aparat keamanan yang terdiri dari TNI dan Polri terus mengedepankan pendekatan yang humanis namun tetap sangat tegas untuk benar-benar mengejar dan menindak Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua yang telah melakukan penyanderaan pilot dan juga pembakaran pada Pesawat Susi Air.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo