Oleh: Deka Prawira
Penyaluran BLT BBM oleh Pemerintah dinilai tepat. Penyaluran BLT tersebut merupakan bagian dari kebijakan alih subsidi BBM yang bertujuan agar kelompok terdampak bisa merasakan keadilan dan kesejahteraan dari subsidi BBM yang selama ini justru dikonsumsi masyarakat mampu.
Penyesuaian harga BBM subsidi yang dilakukan pemerintah memang sejauh ini diproyeksikan supaya mampu mengurangi beban APBN. Pasalnya tidak sedikit APBN yang terbakar hanya karena kepentingan konsumtif yang nyatanya justru di lapangan sama sekali tidak tepat sasaran tersebut.
Maka dari itu, Tokoh Muda Papua, Steve Mara menjelaskan bahwa penyesuaian harga BBM yang ditetapkan oleh pemerintah memang sudah tepat.
Karena dengan longgarnya anggaran negara, maka APBN bisa dialihkan ke pembangunan sektor lain, dan kemudian sisanya bisa diprioritaskan untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPW LIRA Provinsi Papua tersebut menegaskan bahwa kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah ini sangat sesuai dengan pemenuhan sila ke-5 dalam Pancasila, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam hal ini, banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan motor dan mobil. Sementara itu, pengguna motor di Indonesia lebih banyak ketimbang mobil, namun pengisian BBM lebih banyak itu justru kepada kendaraan mobil. Artinya orang dengan kemampuan diatas rata-rata yang menggunakan mobil lebih banyak menikmati subsidi yang diperuntukan untuk masyarakat kurang mampu
Lebih lanjut, Steve juga menjelaskan bahwa ketidakadilan di sini bukan hanya dinikmati oleh masyarakat mampu saja, melainkan juga justru subsidi BBM dinikmati oleh perusahaan besar.
Dalam hal ini perusahaan dengan skala besar membutuhkan ribuan liter BBM setiap harinya dibandingkan dengan usaha kecil. Artinya perusahaan besar dapat disebutkan sedang menikmati bahan bakar subsidi yang diperuntukan untuk masyarakat tidak mampu.
Untuk itu, sebenarnya bagi Steve sudah tidak ada alasan lagi masyarakat bisa menolak adanya kebijakan penyesuaian harga BBM tersebut.
Oleh sebab itu, keputusan pemerintah menyesuaikan subsidi untuk bahan bakar dan menggantinya dengan memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat tidak mampu agar penggunaanya bisa tepat sasaran. Dengan adanya penyesuaian tersebut, dana subsidi juga dapat dialihkan untuk hal-hal positif.
Terkait hal tersebut, Executive Director Energy Watch, Mamit Setiawan menjelaskan bahwa realokasi APBN yang dilakukan pemerintah itu sangat baik lantaran dialihkan pada beberapa kegiatan yang jauh lebih bersifat produktif.
Dalam rangka melakukan penghematan, subsidi BBM dapat dialihkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih berdaya guna seperti beasiswa sekolah, bantuan kepada nelayan dan petani, pembangunan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur lain.
Di sisi lain, menurut Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Marsudi Syuhud, dengan adanya pengalihan kebijakan untuk pembangunan sektor produktif, di sana terletak aspek kemaslahatan rakyat yang dijunjung oleh pemerintah. Aspek kemaslahatan merupakan sebuah hal yang tidak bisa diganggu gugat lagi dalam tata kelola negara.
Strategi penyaluran bantalan sosial juga dinilainya sebagai bentuk upaya Pemerintah supaya penyesuaian harga BBM tidak berdampak secara luas pada sektor lain.
Pemerintah telah menyiapkan dana bantalan sosial sebagai jaring pengaman dampak penyesuaian harga BBM. Dalam hal ini, dana bantuan sosial (bansos) berjumlah senilai 24,17 Triliun yang terbagi dalam 3 jenis bantuan. Pertama adalah BLT yang diberikan ke 20,4 juta masyarakat. Kedua adalah bantuan subsidi upah sebesar 600.000 kepada 16 juta pekerja dengan gaji maksimal 3,5 juta rupiah per bulan.
Sementara yang ketiga adalah bantuan dari pemerintah daerah sebesar 2,17 Triliun, yang diberikan kepada pekerja sektor transportasi seperti sopir, nelayan, dan lain sebagainya. Beragam bantuan tersebut diberikan kepada masyarakat yang berhak dan mereka senang karena mendapatkan kompensasi dari penyesuaian harga BBM.
Pemberian Bansos menunjukkan perhatian pemerintah kepada rakyat kalangan bawah. Mereka tidak akan kesulitan lagi setelah harga BBM disesuaikan karena subsidinya dikurangi. Namun akan bisa terus beraktivitas seperti biasa karena diberi adanya dana kompensasi kepada
Pemerintah. Sebelumnya, masyarakat pun sudah banyak mendapat bantuan pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 dari Pemerintah, sehingga diharapkan dapat menjaga daya beli rakyat.
Kompensasi penyesuaian harga BBM diyakini akan lebih baik, karena subsidi akan tepat diberikan kepada mereka yang berhak. Subsidi BBM yang dialihkan menjadi Bansos akan langsung diberikan kepada warga yang kurang mampu, sehingga lebih tepat sasaran dibandingkan dengan pemberian subsidi BBM. Sementara jika tidak ada pengalihan subsidi malah berbahaya, karena BBM yang bersubsidi bisa saja dibeli oleh warga yang mampu, sehingga tidak memenuhi aspek keadilan.
Pemberian Bansos sebagai kompensasi penyesuaian harga BBM diyakini merupakan langkah yang tepat untuk mewujudkan keadilan masyarakat. Dengan adanya bantuan tersebut, roda perekonomian rakyat dapat terus berputar dan keuangan negara dapat terselamatkan.