Oleh : Gita Oktaviani
Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) berharap supaya gelaran pesta demokrasi dan kontestasi politik pada pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2024 mendatang bisa berjalan dengan penuh akan kedamaian. Menurutnya, meski misalnya di tengah masyarakat terjadi perbedaan pilihan dan pandangan politik, maka hal tersebut bisa disikapi dengan biasa saja karena memang itulah dasar dari keberlakuan asas demokrasi di Tanah Air.
Maka dari itu, masyarakat sendiri juga diharapkan untuk tidak lagi banyak mengeluarkan ujaran kebencian serta terus menyebarkan berita bohong atau hoaks, terlebih di era kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, yang mana penggunaan media sosial dan ruang digital semakin tinggi.
Karena ketika penggunaan ruang digital tersebut tinggi, maka menjadikan sangat sulit upaya untuk mengontrol penyebaran arus informasi yang sampai ke masyarakat. Apalagi kini semua pihak mampu dan berkemungkinan untuk saling menciptakan wacana mereka masing-masing dengan kepemilikan media sosial sehingga filterisasi pun menjadi semakin kecil. Maka dari itu, ancaman terbesar adalah penyebaran hoaks.
Seluruh pihak sebenarnya terus mengharapkan supaya seluruh proses dan rangkaian berjalannya Pemilihan Umum (Pemilu) bisa berlangsung dengan sangat damai dan sama sekali tidak ada lagi yang namanya ujaran kebencian. Sebagaimana sebutannya, pesta demokrasi seharusnya memang menjadi sebuah perhelatan layaknya ‘pesta’ yang di dalamnya banyak sekali kesenangan terjadi dan mampu dirasakan oleh semua pihak.
Sebab, adanya pelaksanaan pesta demokrasi itu sendiri berjalan pada setiap 5 (lima) tahun sekali di Indonesia, yang mana juga menjadi momentum dari adanya sirkulasi atau pergantian kepemimpinan di Tanah Air. Maka dari itu, jangan sampai justru gelaran setiap lima tahun sekali itu malah diwarnai dengan adanya perselisihan antar satu sama lain diantara masyarakat sesama warga Indonesia.
Jika setiap dihelatnya Pemilu justru masyarakat menjadi saling membenci dan saling memfitnah, saling menjelekkan hingga saling merendahkan, maka bangsa ini juga akan menjadi semakin dihambat dalam upayanya untuk menjadi sebuah bangsa yang maju dan besar. Hal tersebut dikarenakan sebuah bangsa yang kuat akan bisa tercapai jika seluruh masyarakatnya terus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan.
Sehingga, sudah menjadi tanggung jawab dan juga keharusan dari seluruh pihak serta semua lapisan elemen masyarakat dari berbagai kalangan untuk terus memperkuat kerukunan diantara warga negara jika memang sangat menginginkan agar negara ini bisa menjadi besar. Upaya menunjukkan bagaimana diantara masyarakat saling bersatu adalah pada saat pelaksanaan Pemilu yang tidak diwarnai dengan adanya pecah belah.
Justru akan menjadi aneh apabila misalnya masih saja ada perilaku diantara masyarakat yang mereka terus saja berselisih bahkan setelah Pemilihan Umum (Pemilu) selesai diselenggarakan. Padahal di sisi lain, yang mungkin jarang diketahui oleh masyarakat sendiri bahwa para peserta Pemilihan Umum tersebut seluruhnya sudah damai dan mampu berkumpul bersama tatkala memang perhelatan kontestasi politik itu sudah selesai. Tidak jarang diantara para pemimpin dan elite politik sudah mampu duduk bersama dan makan bersama, sehingga masyarakat pun tidak perlu terlalu serius dan masih saja memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu.
Dengan kehadiran dari para relawan pendukung kandidat siapapun yang hendak berkontestasi nantinya, diharapkan para relawan itu juga mampu menjadi kepanjangan tangan dari pihak Partai Politik (Parpol) untuk terus memberikan dan menghadirkan edukasi politik yang bersih dan damai kepada seluruh elemen masyarakat, bahkan mampu menjadi pelerai ketika misalnya masih ada pihak masyarakat yang berselisih.
Tujuan dari itu semua yakni agar suasana bisa tetap terjaga kekondusifannya. Sehingga, ibarat jika ada suasana yang panas, maka akan mampu untuk disiram dengan menggunakan air dingin. Para relawan memiliki tugas untuk bisa menjadi pendingin di tengah situasi yang memanas tersebut, karena pada akhirnya momentum pelaksanaan Pemilu sendiri akan terus terjadi setiap lima tahun sekali di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.
Senada, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga mengajak kepada seluruh masyarakat agar tetap mampu menjaga silaturahmi dan persaudaraan mereka masing-masing menjelang pelaksanaan Pemilu 2024 karena terjadinya perbedaan pilihan merupakan hal yang biasa dan jangan sampai adanya perbedaan itu menjadi penyebab putusnya tali persaudaraan.
Lantaran menganut asas demokrasi dalam sistem pemerintahannya, maka di Indonesia diberlakukan sistem Pemilihan Umum (Pemilu), yang mana memang memberikan seluruh masyarakat di Tanah Air untuk bisa menggunakan hak pilih mereka dengan sangat bebas dan menentukan siapa calon pemimpin yang mereka kehendaki. Hal tersebut menjadikan adanya perbedaan pilihan merupakan persitiwa yang sangat biasa terjadi karena tentunya setiap masyarakat pasti memiliki preferensi pilihan masing-masing dan tidak bisa disamakan antar satu dengan lainnya.
Penulis adalah Kontributor Jendela Baca Institute