Oleh : Panji Saputra
Industri semikonduktor di Indonesia prospeknya sangat bagus, karena memiliki sumber daya alam sebagai bahan bakunya. Oleh karena itu pemerintah merayu investor asing untuk menenamkan modalnya di negeri ini. Dengan banyaknya investor maka akan baik karena menambah devisa negara.
Pemerintah sangat gencar mengembangkan sektor investasi dan mengutus beberapa perwakilan untuk melobi para investor asing, di antaranya Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Investasi dibutuhkan untuk memajukan Indonesia. Terlebih hasilnya untuk mengatasi dampak pandemi dan memakmurkan rakyat.
Salah satu keunggulan investasi di Indonesia adalah industri semikonduktor (perangkat penghantar listrik). Di era teknologi informasi, industri jenis ini sangat dibutuhkan. Oleh karena itu pemerintah sangat gencar merayu penanam modal asing agar mau masuk ke Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa Indonesia dan Amerika siap membangun industri semikonduktor. Indonesia punya ‘harta karun’ berupa pasir silika, yang berada di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Investasi ini diharap bisa memperkuat rantai nilai di sektor lain, seperti otomotif, komunikasi, dan elektronik.
Artinya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah satunya pasir silika, yang menjadi bahan baku dari semikonduktor. Para penanam modal asing akan sangat untung, jika membuka bisnis di Indonesia. Penyebabnya karena tidak usah jauh-jauh mencari bahan baku, sehingga hemat biaya transportasi.
Jika ada sumber dayanya juga pasti melimpah dan tidak akan takut kehabisan stok. Pasir silika akan makin bernilai jika diolah jadi semikonduktor, dan akan dijual menjadi barang yang berdayaguna dan berharga tinggi. Industri ini akan sama-sama memberikan keuntungan yang positif, baik untuk Indonesia maupun investor asing.
Menteri Agus melanjutkan, industri semikonduktor di Amerika sangat maju, dan ada banyak pabrik besar seperti Intel, Qualcomm, dan lain sebagainya. Dalam artian, mereka merupakan ‘sasaran tembak’ alias jadi investor yang diharap untuk masuk ke Indonesia. Diharap dengan lobi dan pemaparan fakta bahwa Indonesia memiliki banyak pasir silika, maka mereka akan mau untuk membangun industri semikonduktor di negeri ini.
Selama ini, Intel sudah menanamkan modalnya tapi di Malaysia. Diharap pemerintah bisa merayu mereka untuk masuk ke Indonesia. Selain memiliki sumber daya alam untuk mendukung industri tersebut, maka Indonesia lebih memiliki prospek bagus. Di antaranya sumber daya manusia untuk pekerja di industri tersebut (karena jumlah penduduknya lebih banyak).
Selain itu, Indonesia juga punya pasar yang sangat bagus karena jumlah penduduknya lebih dari 200 juta orang. Para investor asing wajib untuk memahami hal ini. Mereka akan setuju untuk berbisnis di Indonesia, karena menyadari bahwa prospeknya bagus dan pasarnya sudah ada.
Kementerian Perindustrian telah menyusun peta jalan jangka menengah untuk periode 2022-2030, pada industri semikonduktor. Ada intensif bagi investor yang akan masuk ke tanah air.
Namun perlu dipahami bahwa insentif yang diberikan bukan melulu uang. Insentif yang dimaksudkan bisa jadi adalah kemudahan peraturan. Di mana pemerintah telah memiliki Omnibus Law Cipta Kerja, yang memiliki klaster investasi. Ada berbagai kemudahan di dalamnya yang membuat para investor lebih bisa bergerak bebas, dan membangun industri semikonduktor dengan lega.
Terlebih Presiden Jokowi memberi garansi langsung kepada para investor asing untuk berbisnis di Indonesia. Jaminan dari sang presiden tentu sangat dipercaya. Para penanam modal asing akan datang dengan senang hati.
Sementara itu, Jerman juga tertarik untuk membangun industri chip semikonduktor di Indonesia, tepatnya di Batam. Kementerian Perindustrian mendukung dibukanya industri tersebut, dan menjaga jangan sampai chip semikonduktor mengalami kelangkaan. Pasalnya, chip tersebut berguna bagi industri kendaraan listrik. Saat ini mobil listrik banyak diminati dan menjadi kendaraan masa depan, karena ramah lingkungan.
Inilah yang disebut memicu industri lain, ketika ada industri semikonduktor dan hasilnya digunakan untuk industri mobil listrik. Saat ini baru ada industri baterai mobil listrik, yang menyuplai pabrik-pabriknya di Korea Selatan dan Amerika. Bukan tidak mungkin jika Indonesia bisa membuat industri mobil listrik sendiri, apalagi ada dukungan dari banyak investor asing.
Semoga ada negara-negara lain yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia, baik untuk industri semikonduktor maupun mobil listrik. Indonesia sudah memiliki potensi besar, berupa sumber daya alam (pasir silika), sumber daya manusia (rakyat yang cerdas dan rajin bekerja), serta pasar yang menjanjikan (karena jumlah WNI ada lebih dari 200 juta orang).
Pemerintah berusaha terus untuk menjaring para investor asing. Ada banyak peluang kerja sama di Indonesia dan terus diadakan pertemuan dan lobi. Indonesia sangat potensial untuk jadi negara tujuan investasi, dan akan saling menguntungkan. Investasi selalu digenjot karena akan mengurangi permasalahan banyaknya pengangguran dan menambah devisa negara.
Penulis adalah kontributor Persada Insitute