Oleh : Abdul Razak
Generasi muda perlu mewaspadai penyebaran radikalisme. Hal ini disebabkan tidak ada pihak yang imun dari paham terlarang tersebut.
Kelompok radikal terus saja mengancam dan mencoba untuk menyebarluaskan paham mereka sejauh-jauhnya. Target sasaran mulai banyak menyasar ke para kalangan muda dan juga para pelajar. Sudah sepatutnya hal tersebut memang benar-benar bisa diwaspadai agar para generasi penerus Bangsa ini tidak terdoktrin oleh ajaran-ajaran radikalisme yang tentunya sangat berbahaya bagi kesatuan dan persatuan Indonesia.
Maka dari itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melalui Sub Koordinator Perlindungan Kepentingan Nasional BNPT Republik Indonesia, Nanda Fajar Aditya mengajak seluruh anak muda di Indonesia, bahkan termasuk di Papua untuk bisa benar-benar mewaspadai bagaimana pergerakan kelompok radikal tersebut.
Untuk bisa bersama-sama mewaspadai gerakan kelompok radikal tersebut, menurutnya seluruh generasi muda harus memiliki pemahaman mengenai betapa pentingnya menjaga ideologi negara supaya mereka bisa membedakan dan menghindari apabila nantinya terdapat gagasan atau ajaran tertentu yang sangat menyimpang dari dasar negara.
Menurutnya, justru karena kurangnya akan pemahaman tersebut, maka bukan tidak mungkin para generasi muda itu menjadi target sasaran paling mudah dari para propagandis kelompok radikal untuk menyebarkan ajaran mereka. Terutama dengan bagaimana maraknya penggunaan media sosial yang saat ini justru sebagian besar sangat membuat generasi muda menjadi memiliki ketergantungan, maka kelompok radikal berusaha untuk menyebarkan ajaran mereka melalui apa yang disukai oleh anak-anak muda dan terus bergerilya melalui media sosial.
Bukan hanya akibat kemajuan arus informasi dan teknologi saja yang menjadikan seluruh paham atau ajaran menjadi sangat mudah disebarluaskan dan diakses oleh siapa saja, namun Nanda menambahkan bahwa para generasi muda menjadi target sangat mudah bagi penyebaran ajaran radikal karena mereka masih dalam kondisi emosional dan mental yang belum benar-benar matang dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Sehingga jelas akan sangat mudah ketika terdapat suatu ajaran yang menawarkan hal-hal tertentu dan mencuci otak mereka.
Di sisi lain, Nanda juga menjelaskan bahwa dengan melakukan perekrutan bagi generasi muda, maka secara otomatis juga sama saja akan terjadi terus proses regenerasi dalam organisasi atau kelompok radikal tersebut sehingga ke depannya akan terus melanggengkan dan menjanjikan beroperasinya kelompok radikal itu untuk menjamin eksistensi mereka tetap ada hingga beberapa waktu mendatang.
Sub Koordinator Perlindungan Kepentingan Nasional BNPT RI juga mengaku bahwa sasaran generasi muda dan juga pergerakan melalui media sosial, merupakan dua poin yang sangatlah strategis dari para kelompok radikal untuk terus menanamkan ajaran-ajaran mereka termasuk melakukan transformasi pemahaman dan juga perekrutan anggota baru.
Pentingnya untuk sesegera mungkin mewaspadai pergerakan kelompok radikal agar tidak terus tersebar luas adalah bukan hanya sekedar akan mengganggu stabilitas ketahanan negara semata, namun karena mereka merupakan ancaman yang sangatlah nyata bagi peradaban modern lantaran seluruh kegiatan terorisme sendiri merupakan suatu bentuk kejahatan yang luar biasa.
Pasalnya, Nanda menjelaskan, kejahatan luar biasa dalam tindakan terorisme adalah karena menyangkut terancamnya perdamaian dan juga keamanan seluruh umat manusia bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak memandang suku, ras, agama dan negara karena terorisme bisa menyasar dan membuat banyak sekali korban berjatuhan tanpa pandang bulu. Tentunya hal tersebut sangatlah mengancam Hak Asasi Manusia (HAM).
Pada kesempatan lain, bukan hanya di Papua saja, namun Pejabat Sekda Maluku, Sadli Ie menyampaikan hal serupa, bahwa harus ada deteksi dini akan masuknya ancaman radikalisme dan terorisme karena sangat penting untuk bisa mencegah hal tersebut sebelum benar-benar tersebar ke masyarakat.
Menurutnya, masyarakat harus dengan sering diberikan sosialisasi agar supaya mampu terus meningkatkan pemahaman akan wawasan kebangsaan. Ketika hal tersebut benar-benar tertanam ke dalam hati masing-masing masyarakat Indonesia, maka bukan tidak mungkin berbagai macam bentuk ancaman seperti radikalisme dan juga separatisme akan bisa ditanggulangi dengan jauh lebih mudah, bahkan masyarakat sendiri akan memiliki ketahanan diri tertentu agar tidak gampang terdoktrin oleh ajaran-ajaran tersebut.
Sadli Ie menjelaskan bahwa selama ini paham radikalisme dan terorisme sendiri memang terus saja menghantui perjalanan sejarah Bangsa Indonesia karena aktivitasnya dalam melakukan berbagai ancaman kekerasan terus saja mengancam dan membuat masyarakat menjadi tidak tenang dan mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pejabat Sekda Maluku itu menambahkan bahwa bukan hanya sekedar kerugian berupa material saja yang akan terjadi ketika tindakan terorisme dilancarkan, namun juga pasti ada risiko kerugian nyawa dan juga menciptakan rasa takut, khawatir dan cemas yang berlebihan kepada masyarakat secara luas, termasuk juga akan sangat mengoyak keutuhan NKRI.
Dengan seluruh kerugian yang menyertai adanya aktivitas terorisme dan radikalisme, memang sudah sangat sepantasnya seluruh masyarakat Indonesia mampu saling membantu untuk secara bersama-sama menciptakan kewaspadaan akan ancaman paham tersebut, utamanya agar tidak tersebar kepada generasi muda karena mereka menjadi sasaran terbaik untuk regenerasi kelompok radikal.
Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute