Langkat-Intipnews.com:Tengku Yanuzar Mahmud Azis bin Mahmud Azis, ahli waris Sultan Mahmud, menceritakan kembali sejarah panjang Kesultanan Langkat dan berdirinya Masjid Azizi yang kini menjadi salah satu ikon budaya terpenting di Sumatera Utara.
Menurut Tengku Yanuzar, Sultan pertama Negeri Langkat adalah Sultan Musa Muazzam Shah (Sultan Musa) bin Raja Ahmad. Sejak awal, pusat kekuasaan berada di Stabat. Istri-istri Sultan Musa berasal dari Bingai, yang saat itu juga termasuk kawasan Langkat. Setelah Sultan Musa wafat, tampuk kepemimpinan diteruskan oleh putranya, Sultan Abdul Aziz, ayah kandung dari Tengku Raimah. Dari garis inilah kemudian muncul Sultan Mahmud—abang kandung Tengku Raimah—yang menjadi figur penting dalam perjalanan sejarah Langkat.
Masjid Azizi: Dari Bangunan Papan Hingga Ikon Arsitektur Internasional
Tengku Yanuzar menuturkan bahwa Masjid Azizi pertama kali dibangun pada masa Sultan Musa, masih berbentuk bangunan papan sederhana. Setelah Sultan Abdul Aziz dewasa dan memegang tampuk kerajaan, barulah dilakukan pemugaran besar pada tahun 1889-1902.
“Waktu itu pemborongnya dari Italia, bukan Belanda,” jelas Tengku Yanuzar. “Kalau Belanda itu hanya membangun menara pada tahun 1927.”kata Tengku Yunizar kepada media, Senin (24/11/25).
Material penting seperti kaca asli di bagian dalam masjid juga didatangkan dari Italia. Bangunan masjid yang megah ini kemudian menjadi mahakarya budaya yang memadukan sentuhan arsitektur Italia, pekerja Tionghoa, serta tambahan konstruksi era kolonial Belanda.
Kini, Masjid Azizi menjadi tujuan kunjungan wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara, terutama karena keindahan arsitekturnya yang unik dan nilai sejarahnya yang kuat.
Peran Sultan Mahmud dan Tengku Amir Hamzah
Sultan Mahmud juga dikenal sebagai mertua dari Tengku Amir Hamzah, Pahlawan Nasional asal Langkat. Tengku Yanuzar menceritakan bahwa perjuangan Amir Hamzah untuk Republik Indonesia mendapat dukungan penuh dari Sultan Mahmud.
“Amir Hamzah pernah bicara kepada mertuanya, minta agar Langkat ikut bergabung dengan Indonesia. Sultan Mahmud membantu dengan memberikan 100.000 golden pada masa itu,” katanya.
Bantuan tersebut digunakan untuk menopang perjuangan, termasuk membiayai kebutuhan pegawai negeri di Langkat. Namun, menurutnya, hingga kini jasa besar Sultan Mahmud belum mendapatkan pengakuan setara sebagai pahlawan.
“Sebetulnya Sultan Mahmud punya andil besar. Tapi sejarah kadang rumit, banyak bukti hilang,” ujar Tengku Yanuzar.
Sekolah Tertua di Langkat Berdiri Atas Inisiatif Kesultanan
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa sekolah pertama di Langkat didirikan oleh Sultan Musa dan menjadi tempat Sultan Mahmud menempuh pendidikan. Sekolah itu disebut lebih tua dari beberapa sekolah terkenal di Jawa pada masa tersebut.
Perawatan Masjid dan Harapan ke Depan
Saat ini, Masjid Azizi berstatus cagar budaya sehingga perawatannya banyak bergantung pada dukungan pemerintah. “Biasanya pemerintah membantu pengecatan, lantai, atau peralatan. Tapi itu pun beberapa tahun sekali,” tuturnya.
Sebagai ahli waris Tengku Yanuzar tak lagi menjadi penjaga masjid, namun ia tetap memantau agar situs bersejarah ini tetap terawat. “Kalau ada yang tak beres, saya tegur. Karena ini warisan keluarga dan warisan Langkat,” ujarnya. Ia sendiri tinggal di Brandan Barat.
Masjid Azizi kini menjadi kebanggaan masyarakat, bukan hanya karena keindahan bangunannya, tetapi karena kisah panjang perjuangan dan kebesaran Kesultanan Langkat yang terus hidup dalam ingatan para keturunannya.Itp.05







