Labuhanbatu-Intipnews.com: Penjabat (Pj) Kepala Desa Pangkatan, Kecamatan Pangkatan, Deni Wahyuni, mengaku telah membeli ribuan batang bibit tanaman menggunakan dana desa tahun 2024, dan telah dibagikan kepada warga. Namun warga membantah pernah menerima bibit tanaman dari desa di tahun 2024 ini.
Deni Wahyuni saat dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya Selasa (06/08/24) mengatakan, untuk program ketahanan pangan dana desa tahun 2024, telah dibelanjakan bibit tanaman kelapa hybrida 1500 pokok, bibit durian 450 pokok dan bibit mangga 450 pokok.
Dikatakan Deni, bibit tanaman kelapa hybrida dibeli 1500 pokok sesuai dengan jumlah rumah tangga atau keluarga yang ada di desa itu yakni 1500 kepala keluarga (KK). Dengan kata lain setiap KK mendapatkan satu pokok bibit kelapa hybrida.
“Kami belanja kelapa hybrida sebanyak 1500 pokok untuk masyarakat. Karena jumlah warga sini 1500 KK. Jadi semua harus dapat” katanya.
Menurutnya, satu pokok bibit dibeli seharga Rp 50.000 dari salah satu penyedia yang beralamat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel). Dia mengaku pernah menanyakan harga bibit kelapa hybrida kepada penyedia lain sebagai pembanding, namun perusahaan pembanding itu terlambat datang.
Akhirnya diputuskan untuk membeli kepada perusahaan asal Kabupaten Labusel. Apalagi kata dia, menurut bendahara, perusahaan itu sudah merupakan langganan kerjasama pengadaan bibit dengan Desa Pangkatan.
“Karena saya konfirmasi sama bendahara, bapak ini (perusahaan dari Labusel) memang sudah biasa mereka kerjasamanya sama kita. Ya sudahlah saya ambil” ujarnya.
Selain dengan penyedia yang terlambat datang menawarkan bibit kelapa hybrida, Deni mengaku juga meminta harga pembanding dari penyedia yang ada di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Dia mengaku mendapat harga pembanding dari sana setelah menelusuri dari mesin pencarian google.
“ Itu kan katanya harus ada harga bandingan. Makanya saya bandingkan sama yang di Tanjung Morawa. Mereka harganya terlalu jauh. Belum saya tawar tinggi harganya. Saya Tidak ke sana. Melalui google saya cari” terangnya.
Lebih lanjut Deni menambahkan, 1500 pokok bibit kelapa dibeli agar seluruh warga disana mendapat bagian. Sebab di masa kepemimpinan kepala desa sebelumnya, bibit tanaman yang dibeli dengan dana desa diserahkan kepada kelompok tani, sehingga masyarakat tidak dapat menikmati.
“Setahu saya ( di masa kades sebelumnya) tidak semua masyarakat merasakan dapat bibit kelapa ini. Hanya kepada kelompok tani diserahkan. Kalau ini wajib dapat semua. Itulah saya bilang sama Kadus, bagi semua sama rata” tambahnya.
Anehnya, jika sebelumnya Deni mengatakan seluruh warga yang berjumlah 1500 KK mendapatkan satu bibit pokok kelapa hybrida, dia mengaku ada beberapa warga yang meminta jatah 2 hingga 3 pokok bibit untuk satu KK.
Jika demikian dipastikan ada warga yang tidak mendapatkan bibit pokok kelapa hybrida?. Menjawab itu, Deni pun berkilah ada pertambahan warga di desa itu. Belum lagi ada yang dibagikan kepada warga yang tinggal di komplek perumahan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di desa itu.
“Itu kan setahun yg lalu. Karena ada bertambah. Ada yang baru datang. Kami bagi juga perusahaan. Cuma kita bilang ini harus di depan rumah kalian ya. Karena kemarin perusahaan gak di hitung. Kita 1500 KK perusahaan gak dihitung pak. Karena dianggap bukan tanah milik sendiri” kilahnya.
Masih menurut Deni, bagi warga yang tidak dapat jatah kelapa hybrida, diberikan bibit tanaman mangga dan durian. Dia mengaku juga membeli bibit mangga sebanyak 450 pokok dan bibit durian sebanyak 450 pokok.
Bibit tanaman buah-buahan, kata Deni lagi, itu juga dibeli dari peerusahaan penyedia yang sama dengan penyedia bibit kelapa hybrida. Harganya pembelian bibit mangga dan durian itu juga sama dengan harga bibit kelapa hybrida yakni Rp 50. 000 per pokok.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga penjual minuman air mineral isi ulang di desa itu yang ditemui wartawan, mengaku tidak pernah mendapatkan bibit kelapa hybrida maupun bibit mangga atau durian dari pemerintah desa.
“Tidak pernah ada pak” kata ibu yang ditemui di depan tempat usaha isi ulang air mineral miliknya.
Begitu pula dengan pemilik usaha foto copy dan sejumlah warga yang berkumpul di tempat usaha foto copy yang ditemui disana. Menurut mereka, mereka tidak pernah menerima bantuan bibit apapun dari desa pada tahun 2024 ini.
“Tahun lalu ada memang, pak. Tapi itu pun bibit bantuan dari calon legislatif” kata pemilik usaha foto copy itu diamini warga yang berkumpul di sana. (Itp AAT).
Teks Foto : Kantor Kepala Desa Pangkatan.