Bijak Sikapi Isu, Jangan Biarkan Provokasi 28 Agustus Memecah Keharmonisan Bangsa

Jakarta-Intipnews.com:Menjelang aksi unjuk rasa yang rencananya digelar pada 28 Agustus mendatang di berbagai daerah, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang beredar di ruang publik, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Momentum ini penting untuk menjaga keharmonisan bangsa agar tidak ternodai oleh kepentingan kelompok tertentu yang ingin memecah belah persatuan.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro mengatakan mengimbau masyarakat tidak mudah termakan hoaks yang beredar di media sosial dan informasi yang berpotensi memicu kegaduhan. Pihaknya mewanti-wanti massa untuk menggelar aksi secara damai dan tertib. Massa dilarang bakar ban, rusak fasilitas umum, atau menutup jalan.

“Jangan terprovokasi oleh berita negatif. Bijaklah dalam menerima informasi dan tetap jaga persatuan. Silakan menyampaikan pendapat, tetapi tetap dalam koridor hukum dan ketertiban. Kami hadir untuk memastikan semuanya berjalan dengan aman dan kondusif” ujarnya

Sejumlah narasi provokatif belakangan ini ramai beredar, mulai dari isu penggiringan opini publik hingga ajakan yang menimbulkan keresahan. Padahal, stabilitas keamanan hanya bisa dijaga apabila rakyat bersatu, mengedepankan dialog, serta menyuarakan aspirasi secara damai dan konstitusional.

Sebelumnya, Ketua DPR RI, Puan Maharani mempersilahkan masyarakat untuk melakukan aksi unjuk rasa. Namun, tetap berjalan dengan tertib dan aman. Pihaknya memastikan DPR siap berdiskusi secara terbuka dengan masyarakat terkait tuntutan yang masih menjadi pertanyaan publik.

““Di sini ada Badan Aspirasi Masyarakat untuk menampung apa yang menjadi keberatannya, apa yang menjadi keluhannya, juga untuk bisa mendengar apa saja yang akan menjadi aspirasi dan juga mendengar kenapa hal itu terjadi,” ujar Puan.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan aksi unjuk rasa boleh saja dilakukan untuk menyampaikan aspirasi. Namun, yang terpenting tidak ada anarkisme di balik demonstrasi tersebut. Hal ini agar aspirasi dapat diserap secara maksimal oleh pemerintah. 

“Jadi jaga jangan sampai terjadi aksi anarkis, menyampaikan pendapat boleh-boleh saja,” kata Tito.

Masyarakat perlu menyadari bahwa provokasi seringkali sengaja dimainkan untuk menciptakan kegaduhan politik dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Jika dibiarkan, hal tersebut justru akan merugikan masyarakat luas, terutama kalangan pekerja, pelajar, dan pelaku usaha yang membutuhkan situasi kondusif demi kelangsungan aktivitas sehari-hari.

Menjelang 28 Agustus, mari kita jaga hati, pikiran, dan tindakan agar tidak terjebak dalam permainan pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi. Persatuan jauh lebih berharga daripada kepentingan sesaat. Hanya dengan kebersamaan, Indonesia dapat terus melangkah maju menuju masa depan yang damai, sejahtera, dan berkeadilan.Itp.r