Peduli Sehat, Peduli Sesama
Dr.Dra. Erni Asneli Asbi, M.Si
Dosen Pekerja Sosial Medis FISIP USU/Aktivis Kanker/Founder SAPKANDARA/pejuang Kanker Payudara
Data dan Fakta
Kasus penderita kanker payudara di dunia saat ini terus meningkat secara signifikan (Intrenational for Research on Canada). Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia sebanyak 9.6 juta mengalami kematian dan 53,3% kematian akibat kanker yang terjadi di Asia (Global Cancer Statistics, 2020).
Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 52.256 kasus atau 16.7% dari total 348.809 kasus kanker.Kanker payudara menjadi penyebab utama kematian terkait kanker di kalangan perempuan, dengan lebih dari 685.000 kematian pada tahun yang sama (Sung et al., 2021).
Banyak tantangan besar yang masih terus dikaji terkait penanganan masalah kanker payudara meskipun terdapat kemajuan dalam diagnosis dan pengobatannya. Terutama tantangan dalam pencegahannya, deteksi dini dan pengelolaan penyakit ini.
Di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan sebagian besar negara di Eropa, program skrining yang ekstensif dan akses ke pengobatan yang lebih baik telah menghasilkan penurunan dalam angka kematian akibat kanker payudara selama beberapa dekade terakhir (Siegel et al., 2020).
Namun, di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, tantangan dalam implementasi program skrining, keterbatasan akses ke layanan kesehatan yang memadai, dan stigma sosial yang terkait dengan kanker payudara terus menjadi hambatan besar dalam upaya mengendalikan penyakit ini (Bray et al., 2018).
Kondisi ini mencerminkan betapa mendesaknya masalah kesehatan terkait pencegahan kanker payudara di Indonesia saat ini, karena banyak pasien datang dalam kondisi stadium lanjut diakibatkan keterlambatan diagnosis.
Fakta ini menunjukkan bahwa ada keterbatasan pengetahuan terkait kanker payudara dan cara-cara pencegahannya yang berkontribusi pada rendahnya kesadaran dan deteksi dini.
Faktor sosial budaya juga mempengaruhi perempuan dalam memandang kanker payudara. Stigma dan rasa malu sering kali menghalangi mereka untuk mencari bantuan medis saat mereka mengalami gejala awal, seperti benjolan di payudara.
Hal ini mengakibatkan banyak kasus kanker payudara yang baru terdeteksi pada tahap lanjut, di mana pilihan pengobatan menjadi lebih terbatas dan prognosisnya lebih buruk.
Peranan Pekerja Sosial Medis Penguatan studi pembangunan kesehatan terkait kanker payudara dari sudut pandang pekerjaan sosial medis menjadi salah satu alternatif intervensi pencegahannya.
Pekerjaan Sosial Kesehatan tidak hanya berbicara tentang teori dalam sistem kesehatan masyarakat tetapi mempunyai metode lengkap dalam langkah-langkah intervensi yang dilakukan secara profesional. Hal ini memperkuat dan melengkapi intervensi pengobatan yang dilakukan pihak medis seperti dari Rumah Sakit dan dokter-dokter terkait.
Seseorang yang terkena kanker payudara membutuhkan peran dokter yang berkompeten dan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan medis seperti operasi, kemoterapi dan radiasi.
Namun masih tetap ada keterbatasan keterbatasan ketika seseorang tidak mendapatkan pendampingan yang tepat dan informasi yang benar terkait kanker payudara. Apalagi jika dia sudah berada di tengah-tengah keluarganya, tetangga dan masyarakat yang berkembang konstruksi sosial yang belum tentu sesuai.
Hal ini sangat mempengaruhi orang tersebut dalam memaknai sehat atau sakit yang dideritanya. Sarah Gehlert dan Teri Browne dalam bukunya Handbook of Health Social Work menjelaskan bahwa sejarah pekerja sosial medis bermula dari sikap bagaimana orang sakit harus diobati termasuk dimana pengobatannya, apa yang harus terjadi serta sikap terhadap peran terkait faktor sosial, psikologisnya.
Ketiga hal inilah yang melatarbelakangi munculnya bidang sosial yang bekerja di bidang kesehatan (Gehlert dan Browne, 2019). Perkembangan terus berjalan dimulai pada tahun 1952 dimana perjalanan sejarah antara beberapa perintis departemen pekerjaan sosial di Rumah Sakit Umum di Massachusetts memperjuangkan bahwa begitu penting peran pekerja sosial medis dan mampu pula menekan biaya Rumah Sakit dalam pelayanan perawatannya terhadap pasien. Gamet Pelton, Ida Cannon dan Dr Cabot berperan besar untuk perjuangan tersebut.
Sebelumnya penelitian telah dilakukan kepada 1000 orang terkait 12 landasan pekerjaan sosial dalam pelayanan kesehatan pada tahun 1928 oleh The American Association of Hospital Social Workes yang memberikan laporan bahwa kontribusi besar pekerja sosial terhadap perawatan medis diukur berdasarkan frekuensi kinerja seperti pertama, pengamanan informasi untuk memungkinkan dalam pemahaman yang memadai dari masalah kesehatan umum pasien, kedua interpretasi dari masalah kesehatan bagi diri pasien sendiri, keluarganya dan lembaga kesejahteraan masyarakat.
Ketiga meyakinkan langkah-langkah yang diambil untuk meringankan pasien dan lingkungannya (Gehlert dan Browne, 2019).
Pekerja Sosial Profesional memberikan kontribusi besar dalam membantu sistem kesehatan tidak hanya bagi pasien tetapi juga keluarga dan masyarakat, terutama dalam melalui model perawatan kesehatan perilaku terpadu yang dikemas dalam tim kolaboratif. Mencakup pengaturan perawatan kesehatan fisik secara tradisional, mengatasi stigma serta meningkatkan akses ke layanan kesehatan perilaku. Hal ini akhirnya berdampak kepada kesejahteraan individu guna meningkatkan kesehatan secara menyeluruh (Zerden et al, 2018).
Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan dan permintaan tenaga kerja bagi pekerja sosial dalam lingkungan perawatan kesehatan sebesar 22% (Zerden et al, 2018)
Peran pekerja sosial medis dilakukan baik dalam level mikro melalui pendampingan pasien dan keluarganya, kemudian melakukan intervensi berupa pembentukan group setting dan advokasi kelompok baik penderita kanker payudara, keluarga maupun kelompok pejuang kanker pauyudara serta terakhir intervensi makro melalui promosi dan pemberdayaan masyarakat terkait pencegahan kanker payudara serta keterlibatan pekerja sosial dalam advokasi kebijakan yang dapat mempengaruhinya.
Peran pekerja sosial tidak hanya fokus kepada mereka yang telah mendapatkan kanker payudara tetapi harus memberikan ruang pemberdayaan dan penyebaran pengetahuan yang benar kepada mereka yang sehat seperti kepada remaja di sekolah-sekolah dengan melakukan kolaborasi intervensi kepada beberapa pihak terkait sehingga akhirnya mampu membuat keputusan dalam pengobatannya yang benar dan akhirnya terkonstruksi kuat ditengah masyarakat sehingga mampu menekan angka kejadian kanker payudara saat ini.