Oleh: Ali Syahputra
Indonesia mendapatkan kepercayaan dunia internasional untuk menjadi tuan rumah WWF ke-10, yang digelar di Bali sejak 18-25 Mei ini. Sejumlah kepala negara berkumpul di Bali, dan disambut hangat dengan Gala Dinner oleh Presiden Joko Widodo pada 19 Mei malam.
Tentu saja, Indonesia juga dikenal dengan acara gala dinner event internasionalnya yang selalu tampak megah dan indah. Kali ini juga, sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang menggelar WWF, Indonesia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mempromosikan warisan budayanya dalam Gala Dinner di GWK Cultural Park. Tidak lupa juga kelancaran dan kemewahan Gala Dinner ini tidak terlepas dari komitmen Indonesia menciptakan keamanan dan kebersihan lingungannya.
Direktur Operasional GWK Cultural Park, Stefanus Yonathan Astayasa mengatakan bahwa pihaknya sangat berkomitmen menyediakan lingkungan yang mendukung, dari segi keamanan, kebersihan, dan keasriannya. Sehingga para delegasi merasa nyaman dan fokus berdiskusi untuk tindakan yang berkelanjutan dalam menjaga sumber daya air dunia.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, air selalu menjadi elemen vital yang memainkan peran sentral dalam kehidupan. Ketersediaan air yang mencukupi tidak hanya penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, tetapi juga untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan ekosistem, termasuk kelautan dan perikanan. Memahami kompleksitas tantangan dan peluang dalam pengelolaan sumber daya air, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali menjadi platform krusial bagi kemitraan antarbangsa dalam upaya perlindungan dan pemberdayaan sumber daya air dunia.
Sejarah WWF sebagai forum global yang memperjuangkan pemanfaatan air yang berkelanjutan telah melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk negara-negara, organisasi internasional, akademisi, dan masyarakat sipil. Melalui serangkaian kegiatan dan diskusi, WWF ke-10 di Bali bertujuan untuk memperkuat kesadaran publik akan pentingnya sumber daya air dan mendorong tindakan nyata untuk menjaga keberlanjutan air bagi kesejahteraan bersama.
Spesialis WASH/Water, Hygiene, and Sanitation UNICEF Indonesia, Salathiel Nali mengatakan Dana Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) mendorong isu terkait pencapaian tujuan akses universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan (WASH) pada 2030 dalam Forum Air Sedunia (World Water Forum/WWF) 2024.
Forum dihadiri oleh delegasi setingkat kepala negara dan organisasi internasional, WWF ke-10 menjadi ajang yang sangat diantisipasi dan berpotensi besar untuk mencapai kesepakatan global dalam perlindungan dan pemberdayaan sumber daya air. Kehadiran para Kepala Negara, Wakil Perdana Menteri, utusan khusus, Menteri, Senior Official, dan Kepala Organisasi Internasional menunjukkan komitmen tinggi dari berbagai pihak untuk menangani isu air secara komprehensif.
Dalam rentang waktu 18 hingga 25 Mei 2024, WWF ke-10 menggelar 283 sesi dengan beragam topik yang mencakup isu-isu kunci dalam pengelolaan sumber daya air. Dari sesi politik hingga sesi khusus untuk pemuda, agenda WWF ke-10 menyediakan platform yang inklusif bagi berbagai pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan ide dalam mencari solusi terbaik untuk tantangan air global.
Namun, kesuksesan WWF ke-10 tidak hanya bergantung pada jumlah sesi atau peserta, tetapi lebih pada substansi dan implementasi hasil-hasilnya. Dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa kemitraan antarbangsa harus menjadi pusat dari setiap diskusi dan keputusan yang diambil dalam forum ini. Kolaborasi lintas batas menjadi kunci dalam menghadapi tantangan air yang semakin kompleks dan melintasi berbagai sektor.
Salah satu aspek penting dari WWF ke-10 adalah pembahasan enam subtema utama, yang mencakup Water Security and Prosperity (Keamanan dan Kemakmuran Air), Water for Humans and Nature (Air untuk Manusia dan Alam), Disaster Risk Reduction and Management (Pengurangan dan Pengelolaan Risiko Bencana), Governance, Cooperation and Hydro-diplomacy (Tata Kelola, Kerjasama, dan Hidro-diplomasi), Sustainable Water Finance (Keuangan Berkelanjutan Air), serta Knowledge and Innovation (Pengetahuan dan Inovasi).
Water Security merujuk pada kemampuan untuk mengakses air bersih dalam jumlah cukup dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, termasuk konsumsi, sanitasi, dan pertanian. Kemudian, Water for Humans and Nature (Air untuk Manusia dan Alam) merupakan konsep mencerminkan pengakuan akan ketergantungan manusia dan ekosistem terhadap air yang bersih dan berkelanjutan, melibatkan penelitian tentang interaksi antara manusia dan lingkungan, termasuk dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem air, serta strategi untuk memastikan bahwa kebutuhan air manusia dipenuhi tanpa mengorbankan kelestarian ekosistem air.
Pada Disaster Risk Reduction and Management (Pengurangan dan Pengelolaan Risiko Bencana) forum membahas upaya untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko terkait bencana alam yang berkaitan dengan air. Lebih lanjut pada Governance, Cooperation and Hydro-diplomacy (Tata Kelola, Kerjasama, dan Hidro-diplomasi) menjadi topik yang mencakup studi tentang struktur kelembagaan dan regulasi yang mengatur pengelolaan sumber daya air di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Adapun Sustainable Water Finance (Keuangan Berkelanjutan Air) mencakup studi tentang sumber-sumber pendanaan yang diperlukan untuk membiayai investasi dalam infrastruktur air yang berkelanjutan. Konsep Knowledge and Innovation (Pengetahuan dan Inovasi) mencakup penelitian tentang pengetahuan ilmiah dan teknologi terbaru dalam bidang pengelolaan sumber daya air, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pemantauan air, pengembangan teknologi desalinasi air, dan inovasi dalam manajemen air berbasis ekosistem.
Pelaksanaan WWF ke-10 menjadi momentum penting untuk mewujudkan perbaikan tata kelola air secara global. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan bersama untuk menyukseskan acara tersebut.
Penulis adalah akademisi bidang kelautan dan perikanan.