Kenaikan UMP 2026 Dorong Konsumsi Rumah Tangga dan Aktivitas Ekonomi Nasional

Oplus_131072

Jakarta-Intipnews.com:Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2026 berpotensi memberikan dorongan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga sekaligus menggerakkan aktivitas ekonomi nasional. Kepastian regulasi pengupahan yang telah ditetapkan pemerintah menjadi sinyal positif bagi dunia usaha dan pekerja dalam menghadapi tahun ekonomi 2026 dengan landasan hukum yang lebih jelas dan adaptif terhadap kondisi daerah.

Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan yang telah ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 16 Desember 2025 menetapkan mekanisme baru penentuan UMP. Regulasi tersebut mengatur bahwa penetapan UMP 2026 paling lambat diumumkan pada 24 Desember 2025 dan mulai berlaku efektif 1 Januari 2026. Skema ini diharapkan memberi kepastian bagi pelaku usaha sekaligus meningkatkan daya beli pekerja sejak awal tahun.

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menjelaskan bahwa kenaikan UMP 2026 tidak bersifat seragam antarprovinsi. Besaran kenaikan ditentukan melalui formula inflasi ditambah pertumbuhan ekonomi dikalikan indeks alfa, dengan rentang nilai alfa antara 0,5 hingga 0,9. 

“Fleksibilitas ini memberikan ruang bagi pemerintah daerah untuk menyesuaikan kebijakan pengupahan dengan karakteristik ekonomi dan tingkat kesejahteraan masing-masing wilayah,” katanya di Jakarta.

Menurut Menaker, pendekatan desentralisasi dalam penetapan UMP bertujuan menciptakan keseimbangan antara perlindungan pekerja dan keberlanjutan dunia usaha. 

“Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan merata dapat memilih nilai alfa yang lebih besar, sementara daerah dengan pertumbuhan terbatas tetap memiliki ruang kebijakan agar tidak membebani struktur ekonomi lokal,” jelasnya. 

Yassierli menegaskan bahwa penetapan UMP 2026 tidak dapat disamakan dengan kebijakan tahun sebelumnya. Kenaikan UMP 2025 sebesar 6,5 persen merupakan kondisi khusus sebagai tindak lanjut putusan Mahkamah Konstitusi terkait Undang-Undang Cipta Kerja. 

“Tahun 2026, kebijakan kembali pada mekanisme reguler yang menekankan dialog sosial melalui Dewan Pengupahan Daerah,” ujarnya.

Dalam mekanismenya, Dewan Pengupahan Daerah akan melakukan penghitungan dan memberikan rekomendasi kepada gubernur. Kepala daerah kemudian wajib menetapkan UMP serta memiliki kewenangan menetapkan UMK dan upah minimum sektoral sesuai ketentuan. 

“Dengan tata kelola ini, pemerintah berharap kebijakan UMP 2026 tidak hanya meningkatkan kesejahteraan pekerja, tetapi juga menjaga iklim investasi dan memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan,” pungkasnya.Itp.r