Oleh : Neles Sondegau
Penegakan hukum secara tegas terhadap organisasi separatis bersenjata seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali membuahkan hasil. Delapan anggota OPM yang diduga terlibat dalam penyerangan terhadap guru dan tenaga kesehatan di Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, berhasil ditangkap oleh Satgas Damai Cartenz. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa negara tidak membiarkan kekerasan menguasai ruang publik, apalagi ketika kekerasan tersebut menyasar sosok-sosok penting seperti guru dan tenaga kesehatan yang sedang mengabdi di wilayah terpencil.
Kaops Satgas Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Rahmadani, mengungkapkan bahwa delapan anggota OPM yang ditangkap di Dekai, Kabupaten Yahukimo, diduga kuat merupakan pelaku penyerangan terhadap para tenaga pengabdi negara di Distrik Anggruk pada 21 Maret 2025 lalu. Penyerangan itu mengakibatkan seorang guru bernama Rosalia Rerek Sogen meninggal dunia dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka. Mereka adalah bagian dari Batalion Eden Sawi Yali yang berafiliasi langsung dengan Kodap XVI Yahukimo, pimpinan Elkius Kobak.
Tindakan brutal yang dilakukan OPM menggunakan senjata tajam dan berujung pada pembakaran fasilitas umum seperti sekolah, gereja, dan puskesmas adalah bentuk nyata teror terhadap kehidupan sipil. Serangan semacam ini tidak hanya mengganggu stabilitas wilayah, tetapi juga menghambat proses pembangunan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat di wilayah pegunungan Papua. Penegakan hukum terhadap pelaku bukan hanya respons atas kejahatan, tetapi juga bentuk keberpihakan pada warga sipil yang ingin hidup tenang dan bermartabat.
Dari delapan orang yang diamankan, tiga telah ditetapkan sebagai tersangka, yakni AP, DH, dan NS. Lima lainnya masih dalam proses pemeriksaan intensif. Brigjen Faizal Rahmadani menegaskan bahwa Satgas Damai Cartenz akan terus melakukan penegakan hukum terhadap para pelaku kekerasan dan memproses mereka sesuai ketentuan yang berlaku. Proses ini menunjukkan bahwa aparat tidak bertindak sewenang-wenang, melainkan berdasarkan bukti dan prosedur yang sah.
Tindakan Satgas Damai Cartenz tersebut perlu diapresiasi dalam kerangka menjaga Papua sebagai wilayah yang damai dan terbebas dari intimidasi kelompok separatis. Ketika OPM melakukan kekerasan terhadap guru dan tenaga kesehatan, mereka tidak hanya menyerang individu, tetapi juga menghancurkan semangat kolektif masyarakat yang sedang berjuang untuk mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan yang layak. Dalam konteks ini, tindakan tegas aparat merupakan bentuk perlindungan terhadap masa depan generasi Papua.
Penangkapan anggota OPM juga menjadi sinyal bahwa negara tetap siaga menjaga kedaulatan di wilayah Papua. Negara tidak membiarkan ancaman dari kelompok bersenjata menguasai wilayah dan mengintimidasi masyarakat. Sebaliknya, negara hadir dengan pendekatan hukum dan keamanan yang terukur, profesional, dan tetap menjunjung tinggi prinsip hak asasi manusia.
Langkah ini sekaligus memberi pesan kepada kelompok separatis bahwa segala bentuk kekerasan dan teror terhadap masyarakat sipil tidak akan pernah dibiarkan. Aparat keamanan akan hadir sebagai pelindung masyarakat, terutama mereka yang sedang mengabdi di medan sulit dan penuh risiko. Tanpa rasa aman, tidak akan ada proses pembangunan yang utuh. Oleh karena itu, menciptakan Papua yang aman adalah syarat mutlak untuk mewujudkan Papua yang sejahtera.
Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan keamanan di Papua memang terus disempurnakan. Tidak hanya mengandalkan kekuatan senjata, namun lebih mengedepankan pendekatan intelijen, perlindungan warga sipil, serta memperkuat kerja sama dengan pemerintah daerah. Penangkapan delapan anggota OPM di Yahukimo merupakan buah dari koordinasi dan keseriusan dalam mengumpulkan data dan informasi secara presisi.
Ke depan, aparat keamanan perlu terus diberi dukungan, baik dalam bentuk sumber daya, peralatan, maupun legitimasi politik, agar dapat menjalankan tugas dengan optimal. Namun demikian, penegakan hukum terhadap OPM juga harus diiringi dengan strategi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Rasa keadilan dan kesejahteraan yang merata adalah fondasi paling kuat untuk menangkal ideologi separatis dan kekerasan.
Dalam konteks yang lebih luas, keberhasilan operasi ini harus dipahami sebagai bagian dari upaya berkelanjutan menciptakan ekosistem damai di Papua. Ketika OPM ditindak secara hukum dan masyarakat merasa terlindungi, maka kepercayaan publik terhadap negara akan meningkat. Hal ini menjadi fondasi penting untuk memperkuat kohesi sosial dan mempercepat pembangunan di wilayah yang selama ini menghadapi berbagai tantangan struktural.
Ketegasan aparat seperti yang ditunjukkan Satgas Damai Cartenz juga memberikan rasa hormat terhadap para tenaga pengabdi negara yang bekerja dalam kondisi terbatas. Guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah pedalaman Papua adalah pahlawan masa kini. Mereka meninggalkan kenyamanan demi memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Ketika mereka menjadi sasaran kekerasan, maka sudah sepatutnya negara turun tangan melindungi dan menegakkan keadilan.
Pada akhirnya, keberhasilan aparat menangkap anggota OPM merupakan tonggak penting dalam upaya mewujudkan Papua yang aman dan damai. Tindakan ini bukan sekadar operasi keamanan, tetapi juga cerminan kehadiran negara dalam melindungi rakyatnya dari ancaman kekerasan. Papua tidak boleh terus hidup dalam bayang-bayang teror. Wilayah ini layak mendapat kedamaian dan kemajuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penulis Merupakan Pegiat Literasi Mahasiswa Papua