Jakarta-Intipnews.com:Pemerintah melalui sinergi antar-lini kementerian dan lembaga, mencatat capaian luar biasa dalam program prioritas nasional Makan Bergizi Gratis (MBG). Hingga pekan terakhir Oktober 2025, program tersebut telah berhasil menjangkau lebih dari 40,5 juta penerima manfaat, menandai lompatan signifikan dalam upaya pemenuhan gizi bagi generasi muda dan kelompok rentan di seluruh nusantara.
Menurut data terbaru dari Badan Gizi Nasional (BGN), program MBG saat ini telah membuka hingga 13.514 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 38 provinsi, 509 kabupaten/kota, dan 7.022 kecamatan di seluruh Indonesia. Serapan anggaran program juga telah menyentuh angka sekitar Rp 35,6 triliun, atau setara dengan sekitar 50,1 % dari target anggaran yang dialokasikan untuk tahun ini.
Capaian ini sekaligus mengukuhkan tekad pemerintah untuk menyelesaikan manfaat program hingga 82,9 juta penerima pada akhir tahun 2025.
“Hari ini sudah ada 13.514 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi yang tersebar di 38 provinsi, 509 kabupaten, dan 7.022 kecamatan, dan berpotensi melayani 39,5 juta. Akhir bulan ini, mungkin kita sudah akan melayani 40 juta,” kata Dadan.
Beliau juga menegaskan bahwa program MBG tak sekadar angka penerima, melainkan juga sebagai penggerak ekonomi lokal, termasuk penyediaan lapangan kerja hingga penguatan rantai pasok pangan bergizi dari petani dan pelaku UMKM.
Staf Ahli Menteri Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan di Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, menambahkan bahwa keberhasilan program ini juga menyimpan “benih” perubahan jangka panjang.
“Bagaimana ini, tadi kan dampaknya jangka panjang. Perilaku itu bisa berubah tidak mudah dan harus terus menerus dari ketika dia lahir, SD, SMP, diberi makan yang beragam dan dikasih edukasi menyertai, itu tidak bisa cepat. Dampak dari program makan bergizi baru akan terasa sekian puluh tahun kemudian, atau generasi-generasi berikutnya,” kata Pungkas.
Bahwa program MBG bukan hanya solusi sesaat, namun investasi pada sumber daya manusia Indonesia untuk dekade mendatang.
Tak kalah penting, Zulkifli Hasan, Menteri Koordinator Bidang Pangan, menegaskan bahwa program ini merupakan “langkah besar menuju peningkatan gizi nasional” dan sekaligus mendorong ekonomi rakyat berbasis produksi pangan dalam negeri.
“Telur ayam 368 ribu ton nilainya Rp 11 triliun, daging ayam 663 ribu ton Rp 26,5 triliun, ikan 415 ribu ton Rp 17,8 triliun, dan beras 2,3 juta ton Rp 31 triliun,” ujar Zulkifli.
Menurut beliau, efek ganda (multiplier effect) dari MBG sudah mulai terasa di banyak daerah, termasuk harga komoditas pangan yang bergerak positif karena meningkatnya permintaan.
Pemerintah terus memperkuat regulasi dan koordinasi antarlembaga agar program MBG berjalan dengan standar kualitas pangan yang tinggi, aman, dan higienis. BGN mencatat tantangan logistik dan operasional, terutama di daerah terpencil, dan berkomitmen untuk terus memperbaiki agar layanan tidak hanya cepat tetapi juga tertib.
Capaian ini membuat kebijakan MBG semakin menjadi bukti nyata bahwa pemerintahan saat ini pro-aktif dalam menjamin pemenuhan gizi, memperkuat ketahanan pangan nasional, serta mendukung generasi muda agar tumbuh sehat, cerdas, dan produktif. Dengan momentum ini, pemerintah optimis bahwa Indonesia akan mencapai target 82,9 juta penerima sebelum akhir tahun dan sekaligus menegaskan komitmen untuk menjadikan gizi sebagai pondasi tangguh menuju Indonesia Maju.Itp.r







