MBG Dorong Pertumbuhan Ekonomi Desa, Serap 1,5 Juta Tenaga Kerja

Oplus_131072

Jakarta-Intipnews.com:Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan Badan Gizi Nasional (BGN) terbukti memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi desa di seluruh Indonesia. Selain berfungsi sebagai upaya meningkatkan status gizi anak sekolah dan kelompok rentan, program ini menciptakan ekosistem ekonomi baru yang menggerakkan berbagai sektor, mulai dari penyediaan bahan baku hingga distribusi pangan.

Aktivitas ekonomi yang muncul dari operasional harian MBG telah memperkuat rantai pasok lokal dan mendorong peningkatan konsumsi di berbagai daerah. Dampak ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk membangun ekonomi berbasis kemandirian masyarakat dan memperluas peluang kerja di tingkat desa.

Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa program MBG kini didukung oleh sekitar 16.503 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi setiap hari.

“Ini otomatis sudah ada 700 ribu lebih relawan yang terlibat langsung di SPPG. Jadi, kemungkinan besar ini sudah 1,5 juta orang terlibat dalam MBG sampai hari ini,” ujar Dadan.

Ia menambahkan besarnya serapan tenaga kerja tersebut tidak terlepas dari keterlibatan pemasok bahan baku di tingkat lokal. Setiap SPPG membutuhkan sedikitnya 15 pemasok, yang masing-masing mempekerjakan 2 hingga 15 orang. 

“Dengan rantai pasok yang melibatkan petani, peternak, produsen bahan makanan, hingga penyedia logistik, program MBG menciptakan perputaran ekonomi yang masif di daerah,” imbuhnya.

Dadan menekankan bahwa peningkatan ekonomi lokal tersebut menjadi salah satu dampak paling nyata dari pelaksanaan MBG. Manfaat ekonomi ini akan terus tumbuh seiring perluasan cakupan SPPG di berbagai kabupaten dan kota. Selain meningkatkan status gizi anak sekolah dan kelompok rentan, program ini menciptakan ruang usaha baru yang menopang pendapatan masyarakat.

“Dengan ekosistem yang semakin besar, MBG tidak hanya berdampak pada perbaikan gizi, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi baru di tingkat daerah,” katanya. 

Dukungan serupa disampaikan Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Sony Sonjaya, yang menyebut pelibatan masyarakat dalam penyediaan bahan baku sebagai faktor kunci keberhasilan MBG.

“Pelibatan masyarakat akan membantu menjaga kelancaran pasokan bahan baku, terutama seiring meningkatnya jumlah Satuan Pelaksana Pelayanan Gizi (SPPG),” ucapnya.

Sony mengungkapkan bahwa hampir 200 UMKM telah terlibat dalam pengadaan bahan baku untuk program tersebut. Keterlibatan UMKM ini tidak hanya memperluas peluang usaha lokal, tetapi juga memperkuat ketahanan rantai pasok pangan nasional.

“Antusiasme pelaku usaha lokal menunjukkan bahwa MBG telah menjadi program lintas sektor yang memberikan ruang kolaborasi luas antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha,” jelasnya.

Keberadaan UMKM sebagai bagian dari rantai pasok MBG juga membuka kesempatan bagi pelaku usaha kecil untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas jangkauan bisnis. Dengan meningkatnya kebutuhan komoditas pangan, UMKM di berbagai daerah kini mendapatkan permintaan yang lebih stabil dan terukur, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menegaskan bahwa Kadin telah membangun 500 SPPG dan menargetkan 1.000 SPPG dalam waktu dekat untuk memperluas dampak program.

“Setiap dapur MBG mampu menciptakan 50 lapangan kerja, yang berarti sekitar ribuan hingga jutaan pekerja kini terlibat dalam operasional program tersebut,” tutur Anindya.

Menurutnya, ekosistem ekonomi yang terbentuk melalui MBG menciptakan hubungan saling menguatkan antara petani, pelaku usaha kecil, dan lembaga pemerintah. 

“Program ini menjadi bukti bahwa kebijakan sosial dapat memberikan multiplier effect yang luas terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.

MBG kini menjadi salah satu model pembangunan berbasis gizi yang memberikan manfaat ekonomi jangka panjang. Pemerintah menegaskan komitmennya untuk terus memperluas cakupan program guna memastikan gizi anak terpenuhi sekaligus menggerakkan ekonomi desa secara berkelanjutan. Program ini diharapkan menjadi pondasi bagi terwujudnya masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan mandiri secara ekonomi.Itp.r