Oleh : Nesya Alisha
Program Gerakan Pangan Murah (GPM) menjadi salah satu inisiatif penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan fokus utama pada penyediaan pangan murah, program ini bertujuan untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Salah satu aspek utama dari program GPM adalah memastikan ketersediaan pangan dengan harga terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini mencakup berbagai strategi, mulai dari meningkatkan produksi pangan, mengoptimalkan distribusi, hingga mengendalikan harga. Langkah-langkah konkret juga dilakukan dalam upaya meningkatkan aksesibilitas pangan murah, seperti subsidi bagi petani, program bantuan pangan, dan regulasi yang mendukung pasar pangan yang stabil.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa Gerakan Pangan Murah (GPM) turut mempunyai andil dalam menghadapi tantangan gejolak harga sejumlah pangan atau bahan pokok khususnya selama Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah.
Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Bapanas, Nyoto Suwignyo, mengatakan GPM bertujuan memberikan solusi terhadap lonjakan harga bahan pokok yang sering terjadi saat menjelang Ramadhan serta menyediakan pasokan pangan bagi masyarakat. Nyoto mengatakan bahwa berbagai upaya dilakukan dalam mencegah inflasi yakni penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) termasuk gerakan pangan murah.
Menurutnya melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah dan berbagai pihaknya lainnya, dalam menjaga kestabilan harga bahan pokok dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup menjelang bulan suci Ramadhan dapat mengendalikan inflasi.
Selain GPM, upaya yang dilakukan Bapanas dalam mengantisipasi kenaikan harga sejumlah bahan pokok yakni dengan mendorong percepatan penyaluran beras subsidi program SPHP ke sejumlah ritel modern hingga kios-kios pasar tradisional.
Badan Pangan Nasional telah mendorong penyaluran beras SPHP di seluruh Indonesia dengan target minimal 1,2 juta ton di tahun 2024 serta penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Komersial hingga 30 Maret dengan target 250 ribu ton.
Sebelumnya, harga pangan terpantau mengalami fluktuasi utamanya selama momentum khusus seperti Ramadhan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintahan daerah setempat kini tengah mengintensifkan GPM demi stabilisasi harga pangan murah khususnya beras.
Terkait hal itu, Petugas Badan Urusan Logistik (Bulog) Ponorogo, Fotrianto mengatakan Bulog Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengintensifkan GPM di wilayah tugasnya untuk menekan laju lonjakan harga beras di pasaran.
Operasi pasar bertajuk GPM tersebut dilaksanakan setiap Senin dan Kamis. Sekali jalan kegiatan GPM, Bulog Ponorogo menyediakan paket beras murah kemasan program SPHP sebanyak delapan ton. Bulog menjual beras subsidi ini dengan harga Rp102 ribu untuk dua kemasan beras SPHP masing-masing berisi lima kilogram. Lokasi berpindah, sesuai dengan kebutuhan. Selain di Ponorogo, program ini juga dilaksanakan di Magetan dan Pacitan.
Fotrianto juga memastikan jika stok beras di Gudang Bulog Ponorogo masih aman hingga Idul Fitri mendatang. Sembari menunggu masa panen berikutnya, sehingga ia menghimbau kepada masyarakat untuk tidak panik dan membeli beras seusai kebutuhan. Sejumlah warga yang telah mendapat beras dengan harga terjangkau dari Bulog Ponorogo pun mengaku bersyukur dengan gelaran GPM karena harganya jauh lebih murah dibandingkan harga umum di pasaran.
Hal serupa mengenai program GPM yang tengah berjalan yakni di Kabupaten Aceh, Singkil. Kepala Dinas Pangan Kabupaten Aceh Singkil, Abdul Haris mengatakan dalam rangka menyikapi tingginya lonjakan harga bahan pokok, upaya untuk penanganan dan pergerakan kenaikan harga bahan memanfaatkan program GPM. Menurutnya, kenaikan harga sejumlah bahan pangan pokok kali ini, diperkirakan mencapai jangka waktu yang panjang. Karena, kenaikan harga seperti beras, gula, tepung dan telur ayam terjadi secara nasional.
Seperti diketahui, kenaikan harga bahan pokok salah satunya terjadi di Kabupaten Aceh Singkil. Antara lain, Beras Premium ukuran 15 Kg dari Rp. 220 ribu/sak menjadi Rp. 225 ribu. Kemudian Minyak Goreng Curah sebelumnya hanya Rp. 29 ribu, namun saat ini naik menjadi 30/bambu. Begitupun untuk harga Gula, dari Rp. 17 ribu -18/Kg. Serta untuk harga Telur ayam ras dari Rp. 48 -50 ribu/Papan.
Senada, pemerintah Sulawesi Barat melalui Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Barat menggandeng Bulog Mamuju yang terus berupaya mengatasi harga tersebut dengan cara membuka pasar GPM.
Pimpinan Bulog Mamuju, Suarsi mengatakan penyaluran beras dalam program GPM digagas oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Barat bekerja sama dengan Bulog Mamuju dan dilakukan sejak bulan Januari 2024. Pihaknya menyediakan beras, minyak, gula, dan telur dengan harga terjangkau.
Selain itu masih banyak lagi upaya melalui pemerintah daerah agar program GPM tersebut dapat tersalurkan secara merata. Secara keseluruhan, program ini merupakan langkah yang sangat penting dalam upaya menciptakan pangan murah bagi masyarakat Indonesia. Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, serta melalui inovasi dan edukasi, Indonesia dapat mencapai tujuan tersebut dan menjaga ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakatnya.
Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Agribisnis Pangan