Opini  

Negara Berikan Penghormatan Tertinggi Soeharto Dianugerahkan Gelar Pahlawan

Oplus_131072

Oleh: Dhita Karuniawati 

Perbincangan mengenai pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, menggema di ruang publik. Dukungan dari berbagai elemen masyarakat, tokoh lintas profesi, akademisi, hingga sejumlah organisasi kemasyarakatan memperlihatkan bahwa figur Soeharto tetap memiliki tempat tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa. Meskipun kontroversi masih mengiringi, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat menilai Soeharto sebagai sosok yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap pembangunan Indonesia. Dalam konteks itu, pemberian gelar Pahlawan Nasional dianggap sebagai bentuk penghormatan tertinggi dari negara kepada sosok yang memainkan peran penting selama lebih dari tiga dekade.

Soeharto dikenal sebagai pemimpin yang membawa perubahan signifikan dalam bidang ekonomi, infrastruktur, stabilitas politik, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masanya. Setelah melewati masa transisi politik yang sulit pada pertengahan 1960-an, Soeharto memimpin Indonesia keluar dari krisis ekonomi dan hiperinflasi melalui program-program pemulihan yang melibatkan teknokrat muda dan dukungan internasional. Keberhasilan menjaga inflasi, mengembalikan stabilitas harga, serta memastikan ketersediaan pangan menjadi landasan kuat bagi pembangunan jangka panjang.

Salah satu warisan terbesar Soeharto adalah kebijakan swasembada pangan, terutama beras, yang merupakan komoditas strategis bagi masyarakat Indonesia. Melalui program intensifikasi pertanian, irigasi besar-besaran, dan modernisasi alat produksi, Indonesia pernah mencatat sejarah dengan menerima penghargaan dari FAO pada 1984 karena berhasil mencapai swasembada beras. Capaian tersebut bukan hanya prestasi teknis, tetapi juga membuktikan kemampuan negara mengelola sumber daya secara produktif dan terencana.

Dalam bidang pembangunan fisik, Soeharto dikenal sebagai penggerak utama lahirnya berbagai infrastruktur nasional yang menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi. Jalan raya antardaerah, waduk, pelabuhan, jembatan, hingga jaringan irigasi besar merupakan bagian dari strategi memperkuat konektivitas dan ketahanan ekonomi. Di era itu, pembangunan tidak hanya terkonsentrasi di perkotaan besar, tetapi juga merambah ke desa-desa melalui program Inpres, baik untuk sekolah, puskesmas, perumahan, maupun fasilitas dasar lainnya. Banyak generasi yang merasakan manfaat langsung dari kebijakan pemerataan pembangunan tersebut.

Di bidang sosial, peran Soeharto terlihat melalui penguatan lembaga-lembaga masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Program KB menjadi salah satu contoh kesuksesan besar yang membuat Indonesia dipuji dunia internasional. Melalui kampanye masif yang menyentuh masyarakat hingga lapisan terbawah, Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran secara signifikan dan mengurangi beban demografis. Program tersebut menjadi salah satu tonggak utama pembangunan jangka panjang yang dampaknya masih terasa hingga kini.

Tidak hanya itu, stabilitas keamanan dan politik yang relatif terjaga pada masa pemerintahannya membuka ruang bagi aktivitas ekonomi untuk berkembang pesat. Dunia usaha mendapatkan iklim yang kondusif, sehingga investasi dapat tumbuh secara signifikan. Pertumbuhan ekonomi yang stabil selama bertahun-tahun menghasilkan transformasi sosial, melahirkan kelas menengah baru, serta membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati layanan kesehatan, pendidikan, dan peluang kerja yang lebih baik.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan bahwa Soeharto layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Kontribusi besar Soeharto terhadap pembangunan bangsa tidak bisa diabaikan. Masa kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun telah membawa Indonesia ke era pembangunan ekonomi yang signifikan dan stabilitas politik yang mendukung kemajuan nasional. Ia mengajak masyarakat untuk menilai Soeharto secara objektif, berdasarkan kontribusinya, bukan hanya dari sisi kontroversi masa lalu.

Dukungan terhadap keputusan pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto juga datang dari Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Haris Pertama. Menurut Haris, Soeharto adalah tokoh besar yang banyak berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Keputusan Presiden Prabowo sangat tepat dan menunjukkan penghormatan terhadap jasa-jasa besar Soeharto.

Sementara itu, Anggota DPR RI, Hj Karmila Sari mengatakan bahwa kepemimpinan Soeharto berhasil membawa Indonesia menuju masa stabilitas dan kemandirian.  Banyak infrastruktur penting seperti waduk, bendungan, dan fasilitas pertanian yang dibangun pada masa itu masih memberikan manfaat bagi masyarakat hingga kini.

Menurut Karmila, Soeharto adalah pemimpin dengan visi yang kuat terhadap kesejahteraan rakyat. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984 dan menjaga pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen. Soeharto juga memiliki perhatian besar terhadap pembinaan ideologi bangsa. Melalui program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), nilai nasionalisme diperkuat di kalangan masyarakat dan aparatur negara. 

Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto bukan berarti mengabaikan catatan sejarah yang masih menjadi perdebatan, melainkan sebuah penilaian objektif atas dampak besar yang ia berikan bagi fondasi pembangunan Indonesia modern. Keputusan tersebut sebagai penghormatan terhadap warisan pembangunan yang telah membentuk Indonesia menjadi negara yang lebih kuat, lebih stabil, dan lebih siap menghadapi tantangan global. Gelar itu bukan sekadar simbol, tetapi pengakuan atas kontribusi dalam proses panjang pembangunan bangsa.

Soeharto adalah salah satu tokoh besar yang jasanya tidak dapat dinafikan. Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto menjadi bagian dari upaya bangsa menghargai kontribusi para pemimpin terdahulu, sembari tetap menjaga kesadaran kritis agar sejarah menjadi cermin yang jujur bagi generasi mendatang. Indonesia tumbuh melalui jejak para pendiri dan pemimpinnya, dan penghormatan tertinggi dari negara merupakan cara untuk memastikan bahwa jejak itu tetap dikenang dalam perjalanan bangsa.

 Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia