Medan-Intipnews.com:Penyair dan deklamator Teja Purnama Lubis mengajak generasi muda untuk tidak hanya mencintai budaya lokal, tetapi juga mengolahnya menjadi karya sastra yang hidup dan menyentuh. Melalui kegiatan bertajuk “Cerita Rakyat Sumut Dalam Puisi: Workshop Penciptaan dan Pembacaan Puisi Mengangkat Warisan Budaya Lokal”, ia membuka ruang kreatif bagi pelajar dan mahasiswa untuk menggali, meresapi, dan mengekspresikan kembali cerita rakyat Sumatera Utara dalam bentuk puisi.
Workshop ini realisasi Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) kategori perseorangan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah II, yang diperoleh oleh Teja Purnama Lubis sebagai penerima manfaat. Program ini menjadi medium untuk merawat kebudayaan lokal melalui pendekatan sastra dan pertunjukan.
Workshop yang berlangsung pada 2–3 Agustus 2025 di Taman Budaya Medan ini menghadirkan Teja sebagai pengampu dalam sesi bertajuk “Dari Cerita Rakyat ke Puisi.”
“Kita membawa kembali denyut emosi, martabat dan nilai-nilai budaya lokal ke dalam larik-larik puisi yang bisa bicara lintas zaman,” ujar Teja di hadapan 30 peserta workshop yang berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa itu.
Teja menjelaskan, cerita rakyat bagian dari warisan budaya takbenda yang memuat petuah, nilai moral, dan kearifan lokal. Dalam paparannya, ia mencontohkan berbagai cerita rakyat Sumut seperti Putri Hijau, Sampuraga, hingga Putri Runduk yang pernah ia ubah jadi puisi berjudul “Morsala”.
“Jangan sentuh aku, Janggi. Tubuh dan hatiku untuk sorga. Kujaga sepenuh nyawa,” kutip Teja, membacakan larik puisinya yang menggambarkan perlawanan Putri Runduk pada Raja Janggi dari Afrika.
Dalam sesi praktik, peserta diminta memilih cerita rakyat yang menyentuh hati, lalu mengidentifikasi emosi dominan, adegan kunci, dan sudut pandang puitik. Teja membimbing peserta mengekspresikan gagasan mereka dengan kekuatan simbol, diksi, dan estetika sastra, serta melatih teknik pembacaan puisi secara vokal dan ekspresif.
Pada hari kedua, digelar sesi pemilihan peserta terbaik oleh dewan juri yang terdiri dari Porman Wilson Manalu, M. Anggie J. Daulay, S.S., M.Hum., dan Teja Purnama Lubis. Mereka menilai karya peserta dari aspek penulisan dan pembacaan puisi. Hasilnya, terpilih tiga peserta terbaik, yakni Felisha Maylasyani (SMA Negeri di Medan) – Peserta Terbaik I, Charisma Aura (SMA Global Prima) – Peserta Terbaik II, Samira Dea Sapana (mahasiswa Unimed) – Peserta Terbaik III.
Kegiatan ini disambut antusias oleh peserta. Mereka mengikuti seluruh sesi dengan penuh semangat, baik saat diskusi, praktik menulis, maupun saat latihan pembacaan puisi. Keakraban dan interaksi yang hangat antara peserta dan pengampu menjadikan workshop ini tak hanya sarat ilmu, tetapi juga membangkitkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.
Di akhir kegiatan, Teja menyampaikan harapannya agar para peserta terus menulis dan menjadi agen pelestari warisan lokal.Itp.Tj