Laporan: Afifah Amini Nasution
Pemerhati Lingkungan
Yayasan Simpassri baru saja menggelar Festival Seni Ekologi Sungai Deli yang diselenggarakan di Sanggar Simpassri Jalan Teratai Medan. Acara yang digelar selama dua hari mulai tanggal 20 sampai 21 April 2024 yang lalu di meriahkan oleh berbagai atraksi dan ekspresi budaya seni dan kegiatan sosial seperti bersih sungai Deli building art atau mewarnai rumah peragaan busana berbahan lingkungan seperti kertas dan plastik tujuan kegiatan adalah menanamkan nilai-nilai ekologi yang berdasarkan pada aspek lingkungan bersih dan sehat.
Pemaknaan dari konteks ini adalah adanya pesan bahwa budaya lingkungan menjadi pola budaya baru guna memelihara dan melestarikan sungai Deli sebagai penopang kehidupan masyarakat kota Medan. Pada festival ini mengetengahkan icon kura-kura sebagai simbol keberlangsungan kehidupan masyarakat di pinggir sungai khususnya pada kali ini adalah kampung Aur. Ikon kura-kura nampaknya menjadi pusat perhatian karena atraksi tersebut tampak unik dan menarik karena dikreasikan atau di aplikasikan oleh pemeran dari sanggar seni budoyo pimpinan Gunawan Guntoro yang langsung berkolaborasi dengan sungai Deli. Kura-kura merupakan hewan endemik yang yang memiliki ketangguhan dan kemampuan adaptasi sehingga kura-kura dapat bertahan hidup di alam dengan berbagai situasi alamnya.Itu sebabnya Dalam festival seni ekologi Sungai Deli maskot yang digunakan adalah kura-kura.
Warga kampung Aur telah lama bermukin di pinggiran Sungai Deli secara turun temurun. Sebagian besar hidup sebagai pedagang. Kampung Aur kerap dilanda banjir Sungai Deli Dan tidak jarang mereka harus mengungsi bahkan beberapa kali terpaksa mengungsi ke Gedung Yayasan Simpassri. Faktor alam Sungai Deli telah membuat mereka mampu bertahan Dan beradaptasi dengan fenomena alam. Kehidupan kota Medan yang sangat sibuk ini turut mewarnai karakteristik kebudayaan mereka yaitu kebudayaan masyarakat urban. Karena itu pula konsep ekspresi festival yang digelar tidak terlepas dengan karakteristik kebudayaan warga kampung Aur yang berorientasi pada sektor outcome benefit.
Sungai Deli memiliki persona sendiri, sebagai Sungai yang mengalir tepat ditengah kota Medan mampu memberikan rasa Sejuk Dan eksotik sebagai income benefit jika dikelola Dan dilestarikan terutama pada aspek kebersihan. Hadirnya konsep festival ini diharapkan mampu memaknai tentang hakikat Sungai Deli sebagai penopang utama kehidupan warga Medan khususnya Dalam penanggulangan banjir, sekaligus mampu menjadi sektor ekonomi kreatif melalui pendekatan seni rupa sebagaimana potensi tersebut ada pada Yayasan Simpassri. Bahkan menurut Fuad Erdansyah Ketua Yayasan Simpassri bahwa anak-anak Kampung Aur Sungai Deli sekitarnya dapat dibina keterampilannya menciptakan berbagai benda cenderamata Dan karya seni lainnya sehingga warga Kampung Aur mampu menjadi Sentra Industri Kreatif Rumah Tangga di Kota Medan.
Menurut ketua yayasan Simpasri Fuad Erdansyah festival ini dapat terselenggara berkat fasilitas dan dukungan dari Kemdikbud ristek RI melalui program dana indonesiana dan LPDP RI dalam kerangka pemberdayaan ruang publik. Masih menurut Fuad Erdansyah Simpassri sebagai lembaga yang memiliki gedung sebagai tempat pameran karya seni rupa juga dapat digunakan sebagai sarana aktivitas kesenian baik itu berupa tari teater maupun sastra. Oleh karena itulah saatnya Simpassri dapat mengakomodir dan mempresentasikan seni budaya yang ada di Medan.
Simpassri adalah lembaga seni rupa tertua yang ada di kota Medan berdiri sejak tahun 1967 kemudian diakte kan pendiriannya dalam bentuk Yayasan pada tahun 1972 dengan demikian Simpassri telah berusia lebih 50 tahun. Bukan perjalanan yang singkat namun Simpassri terus berupaya memposisikan eksistensinya kepada publik kota Medan khususnya dalam berkesenian. Dalam perjalanannya yang telah berusia lebih setengah abad itu kali ini melebarkan kontribusinya dalam ranah seni budaya hal ini mengingat dinamika kesenirupaan yang semakin melesat dalam berbagai media sehingga simpassri harus mampu mengakomodir dinamika sosial budaya dalam berbagai dimensi maupun ranah-ranah keseniannya. Dengan demikian Simpassri dapat menjadi wahana kreativitas dan ekspresi bagi seluruh kalangan baik dari seniman praktisi mahasiswa maupun pelajar.
Akhirnya Dari Festival seni ekologi Sungai Deli yang digelar selama Dua hari sejak tanggal 20 hingga 21 April 2024 ini diharapkan mampu dimaknai sebagai inspirasi Dalam melakukan perubahan cultural tentang hakikat Sungai sebagai urat kehidupan Dan kebudayaan kota Medan.
Masih menurut Fuad Erdansyah selaku ketua pelaksana Festival, hadirnya peristiwa festival ini dapat memberikan dampak positif sebagai out come atau luaran berbasis masyarakat yaitu tumbuhnya motivasi mengembangkan aspek lingkungan khususnya Sungai Deli sebagai ikon kota Medan dalam mengembangkan potensi para anak-anak dan remaja serta ibu-ibu rumah tangga sebagai penopang industri kreatif rumah tangga berbasis lingkungan menjadi karya seni seperti cenderamata (souvenir). Bahkan menurut Fuad, Yayasan Simpassri sebagai lembaga seni rupa yang ada di kota Medan siap melatih keterampilan para warga sungai deli dalam menciptakan karya-karya souvenir tersebut.