Masyarakat Diharapkan Tidak Golput dalam Pilkada Mendatang

16
Oplus_131072

Oleh : Stefanus Putra Imanuel 

Pelaksanaan Pilkada 2024 tinggal sebentar lagi dan semua pihak diharapkan dapat menyukseskan kegiatan tersebut. Salah satunya adalah menghindari Golongan Putih (Golput) dan turut serta berpartisipasi dalam Pilkada 2024.

Masyarakat diimbau untuk tidak menjadi golongan putih (Golput) dalam Pilkada mendatang, karena akan menjadi momen penting yang menentukan nasib daerah dan negara selama lima tahun ke depan. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Akerman Sahidar, mengajak seluruh warga untuk turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi ini.

Pilkada serentak tidak hanya memilih pemimpin daerah seperti bupati dan gubernur, tetapi juga merupakan kesempatan bagi warga untuk menyuarakan aspirasi dan harapan mereka melalui kotak suara. 

Sahidar menekankan pentingnya kehadiran warga di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada hari pemilihan, 27 Oktober 2024, untuk menggunakan hak pilih mereka sesuai dengan hati nurani. Menggunakan hak pilih tanpa ada unsur paksaan adalah kunci untuk memastikan pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili keinginan rakyat. 

Sahidar juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengawasi jalannya Pilkada, mulai dari masa tenang hingga penghitungan suara. Pengawasan ini diperlukan untuk menjaga kejujuran dan transparansi proses pemilihan, serta memastikan tidak ada kecurangan yang terjadi.

Pentingnya menghindari Golput tidak dapat dipandang sebelah mata. Golput adalah fenomena di mana warga memilih untuk tidak menggunakan hak pilih mereka. Meskipun beberapa orang mungkin menganggap ini sebagai bentuk protes atau ketidakpuasan terhadap sistem politik yang ada, dan Golput sebenarnya berdampak negatif terhadap proses demokrasi. 

Setiap suara memiliki kekuatan untuk menentukan masa depan, dan dengan tidak memilih, kita menyerahkan nasib kita kepada orang lain yang mungkin tidak memiliki kepedulian yang sama terhadap isu-isu penting yang kita hadapi.

Fenomena Golput juga sering kali dipicu oleh maraknya informasi palsu atau hoaks yang beredar di masyarakat. Hoaks yang tersebar luas dapat mengikis kepercayaan publik terhadap proses demokrasi dan mendorong warga untuk tidak berpartisipasi dalam Pilkada. 

Hal ini adalah salah satu alasan mengapa literasi digital dan pendidikan politik sangat penting untuk memastikan bahwa warga mendapatkan informasi yang akurat dan dapat membuat keputusan yang baik.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat bahwa angka Golput cenderung meningkat sejak era reformasi. Hal ini mencerminkan tingkat ketidakpuasan yang semakin tinggi terhadap sistem politik yang ada. Namun, penting untuk diingat bahwa Golput bukanlah solusi. Dengan tidak memilih, kita kehilangan kesempatan untuk memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan positif.

Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian juga menjadi tantangan besar dalam setiap pemilihan umum. Ketua Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (MAFINDO), Septiaji Eko Nugroho, menyebutkan bahwa penyebaran hoaks terkait politik meningkat pesat saat memasuki tahun politik. 

Hal ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat, agar mereka dapat mengenali dan menolak informasi yang tidak benar.

Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Nicky Fahrizal, menambahkan bahwa pemilih Golput cenderung adalah orang yang sangat teredukasi secara politik. Meskipun Golput kadang dipandang sebagai bentuk protes, dampaknya terhadap demokrasi bisa sangat merugikan. 

Setiap suara memiliki kekuatan untuk mempengaruhi hasil pemilihan, dan dengan Golput, kita melewatkan kesempatan untuk memilih calon yang mendukung nilai-nilai dan aspirasi kita.

Partisipasi aktif dalam Pilkada sangat penting untuk menjaga sistem politik yang sehat dan responsif. Dengan memilih, kita menyuarakan aspirasi kita dan berkontribusi dalam menentukan arah kebijakan negara. 

Demokrasi hanya dapat berfungsi dengan baik jika semua orang terlibat dan memberikan suaranya. Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah Golput antara lain melalui kampanye pendidikan dan diskusi publik yang meningkatkan pemahaman tentang pentingnya Pilkada dan dampak Golput.

Selain itu, memastikan proses Pilkada berjalan transparan dan adil akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berpartisipasi. Pemerintah dan lembaga terkait harus menyediakan informasi yang jelas dan akurat tentang calon dan platform mereka, sehingga pemilih dapat membuat keputusan yang informasional.

Golput dan hoaks adalah dua tantangan besar dalam demokrasi yang saling berkaitan. Dengan mendorong literasi digital, menegakkan hukum, dan menggiatkan kampanye anti-Golput, kita dapat mewujudkan Pilkada yang berkualitas dan demokratis. 

Upaya bersama dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait diperlukan untuk membangun fondasi yang kuat bagi Pilkada yang adil dan representatif, serta memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi.

Seiring perkembangan politik dan sosial, pandangan tentang Golput mungkin terus berubah. Namun, keberadaannya tetap menjadi bagian dari dinamika demokrasi yang perlu dipahami dan diperhatikan. Golput bukan hanya tentang absensi dalam kotak suara, tetapi juga tentang refleksi dari keterlibatan politik yang lebih luas di kalangan masyarakat. 

Pilkada adalah momen untuk memilih pemimpin yang akan membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Partisipasi aktif dalam Pilkada adalah cara terbaik untuk menjaga demokrasi kita tetap hidup dan bergerak maju.

Mari kita pastikan bahwa suara kita didengar dan perubahan positif dapat terjadi. Dengan menggunakan hak pilih, kita berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi kita semua. Jangan sampai Golput, karena setiap suara sangat berarti.

 Penulis adalah Kontributor Citaprasada Institute